Yes 5 (MAD2T*Pagi*02 Ogos*Tahun 2)
Yesaya 5
Penjelasan Singkat
Hukuman Allah bagi dosa
Isi Pasal
Perumpamaan tentang kebun anggur TUHAN dan enam kesengsaraan atas Israel.
Judul Perikop
Nyanyian tentang kebun anggur (5:1-7)
Peringatan tentang pelbagai keburukan (5:8-24)
Bangsa asing sebagai alat murka TUHAN (5:25-30)
Tafsiran: Di dalam kasih sayang dan panjang sabar-Nya Tuhan berupaya lebih keras untuk membuat umat-Nya sadar. Mungkin pemaparan yang panjang-lebar dan rumit sulit dicerna sebagian orang. Maka dalam nas ini ancaman murka Tuhan dipaparkan dalam bentuk perumpamaan yang digubah sebagai nyanyian (Yesaya 5:1). Dengan perumpamaan yang begitu nyata sesuai pengalaman hidup mereka sehari-hari, tidak mungkin orang Israel tidak memahami perumpamaan ini. Dengan gubahan berupa nyanyian, tidak mungkin kata-kata ini tidak terpatri dalam sanubari mereka. Tidak ada alasan mereka tidak tahu atau tidak paham.
Tuhan kembali mengajukan gugatannya kepada bangsa yang disayanginya sedemikian lama. Para pendengar diajak menjadi hakim dan menilai sekiranya Tuhan masih kurang berupaya atau kurang sabar (Yesaya 5:4). Menarik sekali melihat bahwa kendati kebun anggur itu hanya menghasilkan buah anggur yang asam Tuhan tetap merawatnya. Keadaan umat Tuhan bisa tetap baik karena Tuhan setia kepada mereka walaupun mereka tidak setia kepada-Nya. Ketika habis sabar-Nya, yang Ia buat hanyalah meniadakan pagar yang selama ini melindungi kebun anggur itu (Yesaya 5:5). Ia sengaja membiarkan berbagai kejadian buruk yang seharusnya menimpa mereka dulu-dulu menimpa mereka sekarang.
Sebagian besar kehancuran yang terjadi pada kebun anggur itu bukan penghancuran aktif oleh Tuhan, melainkan konsekuensi logis dari pilihan hidup mereka (Yesaya 5:5-6). Tuhan "hanya" mengkontribusikan satu hukuman tambahan: menahan awan menurunkan hujan kepada kebun anggur itu (Yesaya 5:6). Seluruh pengalaman bangsa ini di luar Tuhan adalah pengalaman pembiaran. Seakan-akan Dia berkata, "Kamu mau berdikari, terlepas dari Aku? Silakan." Titik. Tuhan membiarkan mereka.
Paulus mengatakan kita adalah pohon-pohon anggur yang dicangkokkan (Rm. 11:17-18). Sudahkah kita menghasilkan buah yang Tuhan harapkan? Adakah kita mengalami masa-masa Tuhan membiarkan kita hidup semau kita tanpa teguran-Nya? Jika ya, hati-hati! Cepat periksa diri dan bertobat kepada-Nya.
Bagaimanakah keadilan Allah dinyatakan? Dengan membalaskan tiap dosa setimpal dengan perbuatan. Inilah berita nubuat perikop ini. Dengan serangkaian seruan celaka (ayat 8, 11, 18, 20, 21, 22), Yesaya memaparkan dosa-dosa umat Tuhan. Diselingi, tentunya, dengan hukuman yang akan dijatuhkan atas kesalahan mereka (ayat 9-10, 13-17, 24, 25-30).
Celaka pertama memaparkan perbuatan ketidakadilan sosial yang dilakukan terhadap sesama. Tuhan telah memberikan Taurat untuk mengatur umat hidup berdampingan, tetapi kerakusan membuat beberapa orang merampas tanah orang lain dengan cara yang licik. Akibat kejahatan tersebut tanah tidak memberi hasil yang semestinya. Perbandingan yang diberikan, yaitu sepuluh banding satu, mengingatkan kita akan perintah memberikan sepersepuluh dari hasil tanah kepada Tuhan. Mungkin sekali kerakusan itu pula yang menyebabkan hak Tuhan pun diabaikan.
Celaka kedua dan keenam membicarakan hal yang sama, yaitu mabuk oleh minuman keras. Mabuk berarti kehilangan kendali diri sehingga berakibat dikendalikan oleh hawa nafsu kedagingan dan akibat-akibatnya. Tidak heran segala hal jahat bisa dilakukan dan hukuman Tuhan tak bisa dielakkan. Celaka ketiga dan keempat berkaitan dengan pemutarbalikan kebenaran dengan kata-kata dusta dan fitnah. Hal-hal ini sama saja dengan pembunuhan karakter dan mematikan moralitas masyarakat (band. Mat. 5:21-22). Celaka kelima berhubungan dengan celaka-celaka sebelumnya, ketika mereka yang berlaku munafik dan palsu, malah dengan sombong membanggakan diri. Adakah hal lain yang bisa diharapkan selain murka Allah dan penghukuman dahsyatnya?
Begitu jahatnya hati dan perbuatan manusia di hadapan Allah. Apakah mungkin ada pengampunan? Syukur kepada Kristus, Dialah yang sudah menanggung hukuman Allah setimpal dengan dosa manusia. Tidak ada cara lain untuk mendapatkan pengampunan selain menerima karya penebusan-Nya tersebut.
Comments
Post a Comment