Yes 1 (MAD2T*Pagi*31 Juli*Tahun 2)

Yesaya 1

Penjelasan Singkat
Keluhan Yesaya terhadap Yehuda

Isi Pasal
Serangan terhadap Israel karena rasa tidak tahu berterima kasih mereka dan kemerosotan/kemunduran mereka. Seruan untuk bertobat dan pembaharuan.

Judul Perikop
Judul (1:1-1)
Pengaduan tentang bangsa yang tidak setia itu (1:2-9)
Bertobat lebih baik dari mempersembahkan korban (1:10-20)
Hukuman atas Yerusalem (1:21-31)

Tafsiran: Orang bebal berkata dalam hatinya, "tidak ada Allah" (Mzm. 14:1). Pantaskah julukan ini diberikan kepada Israel yang digambarkan dalam perikop ini? Yesaya membandingkan bangsa Israel dengan lembu dan keledai. Kalau ternak ini mengenal pemiliknya, maka bangsa Israel bukan saja tidak mengakui Tuhan yang memelihara hidup mereka, malahan memberontak kepada Sang Pemilik (Yesaya 1:2-4).

"Yang Mahakudus, Allah Israel" (Yesaya 1:4) adalah frase khas yang akan sering kita jumpai selama membaca Kitab Yesaya. Yesaya hendak mengontraskan karakter Tuhan yang kudus dengan umat-Nya yang penuh dosa ini. Tuhan adalah "Yang Mahakudus". Ia tidak berkaitan apa pun dengan dosa. Namun Dia adalah Allah dari Israel yang penuh dosa. Yang Mahakudus memilih keluar dari "zona nyaman"-nya untuk menjadi Allah bagi bangsa Israel yang dalam bacaan hari ini jelas sekali digambarkan sebagai pihak yang tak tahu diri.

Apa lagi yang kurang bagi mereka? Yang Mahakudus sendiri memilih menghampiri mereka dan menjadi Allah mereka tetapi mereka malah memberontak (Yesaya 1:2) dan menista (Yesaya 1:4) Dia! Sesuai perjanjian antara Tuhan dan bangsa Israel, Ia menghajar mereka supaya bertobat dan berbalik kepada-Nya (Yesaya 1:5, bnd. Im. 26:14-39). Bukannya bertobat dan menjadi lebih baik, hajaran itu tidak mengurangi sikap murtad mereka. Sampai-sampai kalau diandaikan dengan tubuh manusia, tidak ada lagi bagian yang belum dipukul oleh Tuhan (Yesaya 1:7). Namun toh orang Israel tetap bebal dan tidak tahu bersyukur. Kalau bukan karena Tuhan yang panjang sabar dan menahan diri, sudah habislah bangsa ini. Akan tetapi, Tuhan bermurah hati dan tidak tega memberikan kepada bangsa Israel penghukuman yang seharusnya pantas mereka terima.

Bukankah keadaan kita pun serupa? Kita adalah manusia yang bebal. Yang Mahakudus berinisiatif menghampiri kita, bahkan lewat Tuhan Yesus yang mati dan bangkit. Tetap kita memberontak dan bandel. Tetapi Ia panjang sabar menantikan kita. Maukah Anda merespons kasih-Nya dengan berhenti dari kekeraskepalaan Anda?

Perikop hari ini mengontraskan keadaan moral bangsa Israel dengan sandiwara ritual keagamaan yang mereka mainkan. Perhatikanlah bahwa di awal seruan ini pemimpin maupun rakyat Israel diidentikkan dengan pemimpin Sodom dan rakyat Gomora. Menyambung pembahasan renungan kemarin, ini artinya sebenarnya moralitas dan perilaku mereka sudah memberikan Tuhan alasan yang lebih dari cukup untuk membinasakan mereka. Bahwa mereka masih bertahan dan masih ada sebagai satu bangsa, itu semata-mata karena kemurahan Tuhan, bukan karena kebaikan mereka.

Ironisnya, orang-orang ini tidak menyadari bahwa hidup mereka tidak berkenan kepada Tuhan. Mereka merasa hubungan mereka dengan Tuhan baik-baik saja karena mereka masih melakukan ritual yang Tuhan minta. Bisa jadi mereka cukup giat dan mengeluarkan banyak uang untuk ritual ini. Giatnya mereka dan persembahan itu dipandang memadai untuk memuaskan Tuhan. Sepertinya bukan Tuhan yang mereka coba puaskan, tetapi rasa bersalah yang ada dalam diri mereka. Dengan perayaan dan persembahan itu, mereka mencoba membeli rasa tenang dalam hidup sehingga mereka bebas melakukan apa yang mereka mau.

Tuhan berpandangan lain. Ia menantang bangsa Israel untuk mengalihkan ibadah mereka dari upaya menenangkan diri sendiri menjadi sungguh-sungguh untuk menyenangkan hati TUHAN dan melakukan apa yang Tuhan kehendaki: bukan ritual-ritual keagamaan melainkan tindakan nyata kepada sesama, kontribusi nyata dalam kehidupan bermasyarakat (Yesaya 1:16-17).

Mari jujur kepada diri sendiri. Apakah sikap ibadah kita selama ini murni untuk menyembah Tuhan? Kalau ya, pasti ujud luarnya adalah kasih dan keadilan bagi sesama! Namun, kalau kita melakukan semua ibadah itu hanya agar merasa tenang, bebas dari rasa bersalah tak heran ibadah kita hanya sebatas ritual semata, tidak membuahkan hidup yang menjadi berkat buat sesama. Kalau demikian, Tuhan menantang kita hari ini: bertobatlah!

Sedih membaca bagian ini. Yerusalem yang dulu setia menjadi sundal. Kota yang tadinya penuh keadilan kini sarang pembunuh (ayat 21). Mereka tidak lagi murni dalam kesetiaan dan kekudusan. Mereka telah berubah dengan mencampurkan kebenaran dan kehormatan dengan dosa. Bagaikan perak penuh noda, bagaikan arak bercampur air, demikianlah keadaan umat Tuhan (ayat 22). Kita pun dapat berubah, jatuh karena kompromi dengan dosa. Tetapi Allah menjanjikan perubahan ulang, kembali ke status dan kondisi semula.

Hukuman untuk memurnikan. Nabi menubuatkan datangnya hukuman Tuhan (ayat 24). Penghukuman itu merupakan bagian dari rencana keselamatan Allah. Apa tujuan penghukuman dalam rencana keselamatan Allah itu? Memurnikan kembali kehidupan yang telah ternoda oleh dosa, agar pulih kembali kasih, keadilan, kebenaran dan kejujuran seperti semula (ayat 25-27). Tetapi hukuman Tuhan akan menghancurkan mereka yang tetap memberontak terhadap-Nya (ayat 28). Bila Anda dalam keadaan jatuh dari kebenaran Tuhan, terimalah hukuman-Nya yang memurnikan itu. Jangan keraskan hati!

Renungkan: Lebih baik diurus Tuhan, daripada dibuang kelak!

Doa: Tolong kami bercermin pada kekudusanMu dalam tingkah laku agama dan sehari-hari kami.

Comments

Popular posts from this blog

2 Tawarikh 23 (MAD2T*Pagi*19 Feb*Tahun 2)

2 Raja-Raja 25 (MAD2T*Pagi*23 Jan*Tahun 2)

1 Tawarikh 7 (MAD2T*Pagi*27 Jan*Tahun 2)