Pk 11 (MAD2T*Pagi*26 Juli*Tahun 2)
Pengkhotbah 11
Penjelasan Singkat
Petunjuk tentang beramal
Isi Pasal
Nasihat untuk melakukan kemurahan hati dan hidup yang benar.
Judul Perikop
Pedoman-pedoman hikmat (11:1-8)
Nasihat bagi pemuda-pemudi (11:9--12:8)
Tafsiran: Jim dan Elizabeth Elliot bersama seorang putrinya pergi menjadi utusan Injil ke Equador, Amerika Selatan. Dalam sebuah kunjungan ke pedalaman, Jim dan beberapa rekannya dibunuh oleh penduduk asli. Niat Elizabeth Elliot untuk memberitakan Injil tidak surut sehingga ia memutuskan masuk ke daerah pedalaman tersebut untuk meneruskan pekerjaan yang telah dirintis almarhum suaminya. Ia melayani Tuhan di sana dan akhirnya, orang yang membunuh suaminya pun menjadi anak Tuhan.
Dalam hidup ini ada banyak hal yang terjadi namun, sedikit yang mampu kita pahami. Seberapa pun kepandaian manusia memahami semua ilmu pengetahuan dan mampu menciptakan berbagai alat yang berguna bagi kehidupan, tetap ada banyak peristiwa hidup yang tak terselami. Keterbatasan tersebut disebabkan Tuhan yang mengatur kehidupan manusia dan di "tangan-Nyalah" nafas semua makhluk hidup. Firman Tuhan menyatakan "Sebagaimana engkau tidak mengetahui jalan angin, demikian juga engkau tidak mengetahui pekerjaan Allah" (ayat 5). Pekerjaan Tuhan terhadap dunia ini tak terselami, seperti kita juga tidak mampu mengatur pertumbuhan benih yang kita tabur di tanah (ayat 6) ataupun memahami gerakan alam semesta ini (ayat 3). Adakalanya kita lupa bahwa kita bukanlah pusat dari alam semesta; melainkan kehidupan kita di dunia ini hanyalah bagian kecil dari rencana Tuhan yang besar. Oleh karena itu, berbahagialah mereka yang memercayai Tuhan dalam segala lakunya (ayat 8).
Namun, ada satu penghiburan bagi kita anak-anak-Nya yaitu Tuhan itu kasih. Jika Ia bukanlah Tuhan yang kasih maka Ia tidak akan mau menjadi manusia untuk mengorbankan diri-Nya di kayu salib dan membayar hukuman atas dosa kita. Sebenarnya, Tuhan tidak harus menjadi manusia, tetapi Ia memilih untuk melakukan semua itu demi kasih-Nya kepada kita. Kendati Ia mengijinkan sesuatu yang buruk menimpa kita bukan berarti rancangan-Nya yang indah untuk hidup kita akan gagal.
Renungkan: Iman sejati berarti memercayai rencana Tuhan tetap yang terbaik bagi hidup kita pada saat kita sedang menderita.
Orang beriman menyadari bahwa hidup ini adalah kasih karunia Allah semata. Ia telah menciptakan dan memelihara. Ia telah memberi Yesus Kristus, agar di dalam-Nya kita beroleh pengampunan dan jaminan hidup kekal. Jelasnya setiap orang beriman berhutang nyawa kepada Allah. Tak satu pun yang dimilikinya (kesehatan, harta, kesempatan, kerohanian, dlsb.) yang berasal dari kemampuannya sendiri. Karena itu wajarlah bila orang beriman menunjukkan sikap hidup bersyukur kepada Allah dan bermurah hati kepada sesamanya.
Menikmati hidup dalam Tuhan. Hidup ini bisa dijalani dalam dua macam sikap. Pertama, sikap berpusatkan manusia, yang akan menghasilkan sikap pesimis atau sikap keras dalam melihat hidup yang penuh berbagai masalah. Kedua, sikap yang berpusatkan Allah, yang menghasilkan sikap optimis dan penuh syukur, yang memandang bahwa anugerah Allah membuat hidup sarat dengan hal indah. Akibatnya, seperti halnya tiap pagi kita menyongsong fajar baru dengan penuh semangat, demikianlah orang beriman menyongsong kejutan-kejutan anugerah Allah setiap hari.
Renungkan: Karena hidup ada di tangan Tuhan, tangan kita dapat bekerja dan membuat berbagai karya nyata dalam kuat kuasa-Nya.
9. Allah akan membawa engkau ke pengadilan. Penulis menganjurkan kesenangan yang cerdas. Puaskanlah keinginan hatimu, katanya, tetapi ingatlah bahwa Allah mempunyai syarat-syarat tertentu untuk hidup ini, dan Dia menghukum hal-hal yang berlebihan atau penyelewengan terhadap kehendak-Nya. Gagasan ini dilanjutkan dalam ayat 10, melalui kata-kata, "Buanglah kesedihan" dan "jauhkanlah penderitaan."
Kesimpulan
Karena kita akan menghadapi kematian dan penghakiman, kita seharusnya berbuat baik kepada orang lain dan sangat royal kepada orang miskin, yang akan (jika kita di dalam Kristus) berlimpah dalam memperhitungkan kita.
Comments
Post a Comment