Kid 8 (MAD2T*Mlm*30 Juli*Tahun 2)
Kidung Agung 8
Penjelasan Singkat
Panggilan terhadap orang-orang yang tidak mengenal Allah
Isi Pasal
Kasih sayang di antara Mempelai Laki-laki dan Mempelai wanita-Nya.
Judul Perikop
Cinta kuat seperti maut (8:5-7)
Mempelai perempuan dan adiknya (8:8-10)
Lebih bahagia dari pada Salomo (8:11-12)
Kedua mempelai bersahut-sahutan (8:13-14)
Tafsiran: ayat 1 Saudaraku laki-laki. Jelas, gadis Sulam ini tidak benar-benar menginginkan mempelai laki-laki menjadi saudara laki-lakinya; melainkan menginginkan hubungan yang dekat dan intim, hubungan yang hanya bisa dimiliki saudara laki-laki dan saudara perempuan.
Fakta bahwa derajatnya lebih rendah dari pada derajat Salomo mungkin menjadi latar belakang pernyataan ini (bdg. 1:5,6). Seandainya, mempelai laki-laki adalah saudaranya, dia juga dapat bebas mencium sang laki-laki itu di depan umum tanpa menimbulkan celaan orang banyak.
2. Akan ... kubawa ke rumah ibuku. Di sini ditunjukkan hubungan akrab dalam lingkungan keluarga (bdg. 3:4).
4. Kecuali untuk mengapa kamu, ayat ini sama dengan 2:7 dan 3:5. Cinta seharusnya tidak dibangkitkan sebelum waktunya, sebab jika hubungan cinta tidak dijaga
secara sungguh-sungguh, bisa menimbulkan kesedihan besar, bukannya kegembiraan di hati manusia (bdg. 2:7; 3:5). Cinta juga tidak perlu diusahakan untuk muncul, sebab cinta yang bermakna akan muncul sendiri pada waktunya.
Cinta sejati tidak hanya sekadar janji mengasihi sampai maut memisahkan. Janji itu sendiri bak meterai (6a) yang mengesahkan sebuah dokumen resmi. Lebih dari selembar akte pernikahan, "cinta kuat seperti maut" (6b). Sepasti kematian akan hadir cepat atau lambat dalam kehidupan manusia, demikian pula cinta sejati pasti menjadi perekat yang mempersatukan kedua mempelai.
Pertama, cinta sejati merupakan cinta yang dikobarkan Allah sendiri (6d) pada suami istri yang diberkati-Nya. Cinta demikian akan langgeng karena Tuhan menyertai `dua' yang telah menjadi `satu' itu. Kedua, kegairahan (cemburu) (6c) yang menyertai cinta itu adalah cemburu kudus (band. Kel. 20:5; Yoh. 2:17) karena menyadari bahwa pasangannya adalah pilihan dan anugerah Tuhan baginya. Cinta yang sejati tidak memberi tempat bagi pria atau wanita lain. Cinta yang sejati juga tidak mungkin dapat ditukar dengan harta benda (7b), karena cinta berurusan dengan pribadi. Ketiga, karena itu cinta sejati akan terus membara, tak mungkin dipadamkan oleh apa pun juga bahkan oleh aliran sungai permasalahan hidup (7a).
Janji pernikahan itu hanya tepat diucapkan oleh seseorang yang telah dewasa dalam segala aspek dan mampu mengambil keputusan yang benar. Waktu masih kanak-kanak, mempelai perempuan dilindungi oleh kakak laki-lakinya bagaikan tembok yang dilindungi atap, dan pintu yang dibatasi palang (Kidung Agung 8:9). Setelah masa itu lewat, tembok itu sendiri tampil dalam kedewasaan dan kematangan seksual (Kidung Agung 8:10), tanda kesiapan masuk dalam mahligai pernikahan. Kedewasaan itu juga ditandai dengan melihat kebahagiaan pernikahan bukan pada kemegahan ala raja Salomo (Kidung Agung 8:11), melainkan pada komitmen bersama pasangannya untuk saling mengasihi seperti Kristus mengasihi jemaat-Nya.
Renungkan: Janji pernikahan kudus adalah awal perjalanan iman seseorang dengan pasangannya dalam menempuh hidup baru, bersama tuntunan terang dan kasih Kristus.
Comments
Post a Comment