Kid 7 (MAD2T*Pagi*30 Juli*Tahun 2)

Kidung Agung 7

Penjelasan Singkat
Anugerah-anugerah jemaat

Isi Pasal
Penggambaran akan kecantikan Mempelai wanita lebih lanjut.

Judul Perikop
Kenikmatan cinta (7:6--8:4)

Tafsiran: Beberapa penafsir menganggap Kid. 6:11-12 sebagai ucapan sang istri yang terkejut, tetapi senang melihat respons suaminya. Namun, para penafsir juga mengakui bahwa ayat 12 susah dimengerti. Tanggapan si istri menandakan relasi yang sedikit terganggu mulai pulih.

Kita melihat pasutri ini mulai kembali membangun keintiman mereka. Mulai dengan pujian tulus si suami kepada keindahan tubuh istrinya. Penyebutan sang istri sebagai gadis Sulam memang sulit untuk dimengerti. Apakah Sulam itu merupakan nama pribadi, atau sebagai nama daerah asalnya. Pujian itu mulai dari anggota tubuh bagian bawah dan perlahan naik ke bagian-bagian pribadi sang istri, terbalik dari yang diungkapkan di pasal 4. Ini mungkin menandakan mereka sedang dalam keadaan berdua saja, telanjang sehingga tidak ada yang tertutupi.

Ada yang menafsirkan bahwa bagian ini bukan sang suami yang mengatakannya melainkan para teman pasutri ini yang mengagumi kemolekan tubuh si istri. Namun, rasanya tidak mungkin pemaparan anggota tubuh yang paling pribadi ini diucapkan oleh orang lain. Memang dalam kalangan bangsa-bangsa nonYahudi mungkin ada kebiasaan bagi seorang suami untuk mempertontonkan istrinya kepada para tamunya (lihat Est. 1). Namun, hal itu bukan kebiasaan umat Allah.

Pujian umum ini merupakan upaya sang suami untuk kembali mendekatkan diri kepada istrinya. Pada perikop berikut, pujian ini meningkat menjadi rayuan untuk memadu kasih. Perlu tahapan yang perlahan, tidak terburu-buru agar istri dapat menyambut ajakan mesra sang suami.

Para suami diingatkan kembali. Kalau bukan Anda yang memuji kecantikan istri Anda, siapa lagi yang berhak dan pantas? Jangan hanya memandang istri sebagai pemuas kebutuhan Anda, melainkan puaskan dia dengan pujianmu yang tulus.

Ajakan untuk berhubungan intim merupakan hal wajar dalam relasi pasangan suami istri (pasutri). Tak ada yang harus ditabukan. Setelah saling memuji kemolekan tubuh pasangannya, kini pujian itu beranjak ke wilayah yang lebih pribadi (Kidung Agung 7:6-9a), "Kata-katamu (si perempuan) manis bagaikan anggur." Sepertinya, paduan kasih ini disertai juga dengan kata-kata manis si istri, yang membuat gairah semakin memuncak.

Respons si istri tidak kalah penting (Kidung Agung 7:9b-13). Di bagian pertama, si suami memakai ilustrasi buah kurma dan anggur untuk menggambarkan sang istri yang ingin dicumbunya, maka di bagian ini si istri seolah mengundang suaminya untuk menikmati tubuhnya bagaikan masuk ke taman buah-buahan itu. Gambaran taman bunga dan buah sebagai tempat memadu kasih, cukup lazim bahkan di zaman modern ini. Hanya tentu saja, ini merupakan tempat khusus sang raja dengan permaisuri, tidak boleh ada tamu yang diundang untuk berbagi keintiman ini.

Kemesraan yang ditunjukkan pasutri itu memang terbatas di tempat yang sangat pribadi. Namun, kerinduan si istri ialah agar boleh tetap merasakan kemesraan itu, bahkan di ruang publik. Hal mana mungkin sulit terjadi mengingat sang suami ialah seorang bangsawan, sedangkan si istri hanyalah rakyat biasa (lihat Kid. 1:5-6). Itu yang menyebabkan ungkapan kerinduan sang istri, andaikan suaminya itu saudaranya sendiri, yang tanpa halangan boleh dipeluk dan dicium (Kidung Agung 8:1-4).

Berbagai perbedaan terutama yang datang dari konteks sosial masyarakat dan keluarga sering menjadi penghalang kemesraan tulus pasutri. Seharusnya gereja mengedukasi umatnya untuk tidak mempermasalahkan perbedaan itu. Sebaliknya, gereja harus mendorong pasutri untuk saling menerima dan memberi. Sehingga tidak terbuka peluang sedikit pun pihak ketiga yang bisa dimanfaatkan iblis untuk menghancurkan keluarga.

Comments

Popular posts from this blog

2 Tawarikh 23 (MAD2T*Pagi*19 Feb*Tahun 2)

2 Raja-Raja 25 (MAD2T*Pagi*23 Jan*Tahun 2)

1 Tawarikh 7 (MAD2T*Pagi*27 Jan*Tahun 2)