Kid 6 (MAD2T*Mlm*29 Juli*Tahun 2)

Kidung Agung 6

Penjelasan Singkat
Iman jemaat di dalam Kristus

Isi Pasal
Mempelai laki-laki memuji kecantikan Mempelai wanita, lebih menginginkan dia daripada yang lain.

Judul Perikop
Mempelai laki-laki memuji mempelai perempuan (6:4--7:5)

Tafsiran: Apa yang paling ditakuti suami mendengar komentar atau pandangan penuh arti sang istri? Rambut yang mulai menipis, atau perut yang membuncit? Oleh karena itu, banyak pria paruh baya ingin tampil lebih percaya diri dengan cara mulai mengecat rambutnya yang sudah terlihat memutih, atau memakai rambut palsu. Bahkan lebih modern lagi, transplantasi rambut agar kelihatan lebih muda. Olah raga, ngegym istilah populernya, bukan hanya mengetren di kalangan kaum muda, tetapi juga bagi para pria yang memasuki masa puber kedua.

Kalau kita hubungkan puisi ini dengan puisi sebelumnya di mana sang istri sakit asmara (Kidung Agung 5:8), maka sakit asmara itu justru berfungsi untuk memaksakan perhatian istri kepada pasangannya. Dengan sengaja, sang istri mengungkapkan pujiannya yang tulus akan kegagahan suaminya. Berharap sang suami tersanjung dan tergoda untuk kembali pada keintiman semula. Bahkan kalau boleh, keintiman yang semakin dihargai oleh karena penghalang-penghalang yang harus berani diterobos!

Ya, keintiman bukan lagi sesuatu yang dianggap dari sononya (dalam Bahasa Inggris, take it for granted), melainkan sesuatu yang harus diperjuangkan, dihidupkan, bahkan kalau perlu dengan mengurbankan hal lain, yang mungkin penting, tetapi tidak fundamental. Justru keintiman yang diperbarui menjadikan suami dan istri lebih lekat satu sama lain, lebih berani berkomitmen bahwa ?Aku kepunyaan kekasihku, dan kepunyaanku kekasihku? (Kidung Agung 6:3).

Sudahkah Anda memuji pasangan Anda hari ini? Fokuslah pada hal yang baik yang dapat Anda lihat pada pasangan Anda. Jangan hanya mencari-cari hal-hal jelek untuk dikritik. Mulailah dengan tulus katakan betapa Anda mencintainya dan ingin membahagiakannya. Lalu, lakukan sesuatu untuk mewujudkannya.

Relasi suami istri memang tidak selalu berjalan mulus. Masalah kecil seperti kesibukan sehingga kurang waktu untuk berkomunikasi, bisa menjadi besar ketika tidak segera diselesaikan. Misalnya, daripada saling menyalahkan, lebih baik saling mengalah, memperbaiki diri.

Sang istri, sudah memulai untuk memperbaiki kesenjangan komunikasi yang terjadi dengan membuka dirinya untuk merayu si suami agar bergairah lagi kepadanya (Kid. 6:3). Kini, giliran sang suami menyambut dengan kehangatan yang diperbarui. Sang suami, yang pada dasarnya masih mengasihi istrinya, segera menyambut si istri dengan mengungkapkan kembali kekagumannya, bahkan komitmennya.

Kecantikan sang istri diumpamakan sebagai Tirza dan Yerusalem. Tirza merupakan ibu kota kerajaan Israel utara sebelum Samaria (Kidung Agung 6:1Raj. 14:17). Keindahan kota tersebut secara alami ada pada taman-taman bunganya. Sedangkan Yerusalem, kota tempat bait suci Allah Israel melambangkan keindahan yang dikombinasikan dengan kekudusan. Mungkin bisa dikatakan kecantikan batiniah. Kata "menjadi bingung" di ayat 5 mungkin lebih tepat diterjemahkan "menjadi bergairah" (bdk. 1:15; 4:1, 9).

Penghargaan tinggi sang suami kepada istri dinyatakan dengan perbandingan yang menyolok (Kidung Agung 6:8-9). Gambaran Salomo yang memiliki banyak istri dan selir, namun semua perkawinan politik itu tidak memiliki kasih sejati. Kasih sejati ada pada pasutri yang merayakannya di Kidung Agung ini. Inilah sekaligus komitmen sang suami untuk hanya mencintai istrinya.

Para suami yang dipercayakan Allah sebagai kepala rumah tangga, harus ingat bahwa inisiatif ada pada kita. Jadilah suami yang baik, yang selalu dengan lembut memperlakukan istri. Pujilah dia dengan tulus. Biarlah gairahmu hanya untuk dia, tidak boleh pada siapapun yang lain.

Beberapa penafsir menganggap Kid. 6:11-12 sebagai ucapan sang istri yang terkejut, tetapi senang melihat respons suaminya. Namun, para penafsir juga mengakui bahwa ayat 12 susah dimengerti. Tanggapan si istri menandakan relasi yang sedikit terganggu mulai pulih.

Kita melihat pasutri ini mulai kembali membangun keintiman mereka. Mulai dengan pujian tulus si suami kepada keindahan tubuh istrinya. Penyebutan sang istri sebagai gadis Sulam memang sulit untuk dimengerti. Apakah Sulam itu merupakan nama pribadi, atau sebagai nama daerah asalnya. Pujian itu mulai dari anggota tubuh bagian bawah dan perlahan naik ke bagian-bagian pribadi sang istri, terbalik dari yang diungkapkan di pasal 4. Ini mungkin menandakan mereka sedang dalam keadaan berdua saja, telanjang sehingga tidak ada yang tertutupi.

Ada yang menafsirkan bahwa bagian ini bukan sang suami yang mengatakannya melainkan para teman pasutri ini yang mengagumi kemolekan tubuh si istri. Namun, rasanya tidak mungkin pemaparan anggota tubuh yang paling pribadi ini diucapkan oleh orang lain. Memang dalam kalangan bangsa-bangsa nonYahudi mungkin ada kebiasaan bagi seorang suami untuk mempertontonkan istrinya kepada para tamunya (lihat Est. 1). Namun, hal itu bukan kebiasaan umat Allah.

Pujian umum ini merupakan upaya sang suami untuk kembali mendekatkan diri kepada istrinya. Pada perikop berikut, pujian ini meningkat menjadi rayuan untuk memadu kasih. Perlu tahapan yang perlahan, tidak terburu-buru agar istri dapat menyambut ajakan mesra sang suami.

Para suami diingatkan kembali. Kalau bukan Anda yang memuji kecantikan istri Anda, siapa lagi yang berhak dan pantas? Jangan hanya memandang istri sebagai pemuas kebutuhan Anda, melainkan puaskan dia dengan pujianmu yang tulus.

Comments

Popular posts from this blog

2 Tawarikh 23 (MAD2T*Pagi*19 Feb*Tahun 2)

2 Raja-Raja 25 (MAD2T*Pagi*23 Jan*Tahun 2)

1 Tawarikh 7 (MAD2T*Pagi*27 Jan*Tahun 2)