Kid 2 (MAD2T*Mlm*27 Juli*Tahun 2)
Kidung Agung 2
Penjelasan Singkat
Perhatian Kristus kepada umat-Nya*
Isi Pasal
Mempelai laki-laki berbicara tentang dirinya dan Mempelai wanitanya. Mempelai wanita berbicara mengingat akan kepuasannya di dalam kekasihnya.
Judul Perikop
Di pintu mempelai perempuan (2:8-17)
Tafsiran: Alkitab membicarakan semua aspek hidup manusia. Tidak ada yang dianggap tabu, tidak penting, dan tidak perlu diperhatikan. Kidung Agung membicarakan hubungan cinta dua orang kekasih dan tempat wajar seksualitas dalam hubungan cinta itu. Kitab ini menolak dua macam ekstrem yang salah: pengumbaran nafsu yang liar, juga asketisisme (pengekangan diri) yang salah.
Pasangan yang sedang menjalin cinta ini saling mengekspresikan kerinduan, keraguan diri, pujian, dan harapan mereka. Mempelai perempuan tidak merasa tabu dengan kerinduannya akan kecupan mempelai laki-laki. Kecupan ini dikaitkan dengan pengertian cinta yang telah dinikmatinya dari mempelai laki-laki (Kidung Agung 1:2). Kerinduan itu bukan timbul dari dirinya sendiri melainkan merupakan suatu respons terhadap cinta mempelai laki-laki kepadanya. Ia menghargai cinta itu melebihi kenikmatan lain (anggur). Keduanya saling sadar akan daya tarik cinta, fisik, dan dorongan untuk saling menyukakan (Kidung Agung 1:7, 2:3). Cinta antarlawan jenis dalam hubungan yang benar adalah karunia Ilahi. Cinta itu tidak dipaksakan, tumbuh dengan sehat, saling memberi dan menerima, serta saling memperkaya yang berpuncak pada persatuan intim (Kidung Agung 1:16). Dalam karunia cinta yang murni itu pengenalan diri secara jujur menjadi pengalaman indah (Kidung Agung 1:5-6).
Dalam terang Perjanjian Baru pernikahan tidak mungkin tidak berkait dengan pemahaman hubungan Kristus dengan jemaat (Ef. 5:22-33). Pernikahan bukan ada untuk pernikahan itu sendiri melainkan menjadi sarana untuk memahami keluasan dan kedalaman cinta kasih Kristus kepada jemaat. Kasih kita kepada Kristus bagaikan melodi utama dalam lagu yang disertai dengan melodi-melodi yang lain yang membentuk keanekaragaman nada-nada kehidupan. Tanpa kasih Kristus yang menjadi pusatnya, pernikahan akan menjadi berhala.
Renungkan: Erosi cinta karena kepalsuan harus diberantas oleh penghayatan cinta yang murni dan kudus.
Pernah melihat sepasang muda-mudi duduk-duduk di bangku taman di sore hari yang teduh? Kepala si gadis disandarkan pada bahu kekasihnya. Tangan sang perjaka melingkari bahunya. Mereka bertukar, kata-kata mesra, bisikan cinta. Tahu-tahu, datang seorang preman yang memaksa mereka membayarnya kalau tidak akan diadukan kepada aparat dengan tuduhan telah melakukan perbuatan tak senonoh.
Pada perikop ini, sang wanita dan kekasihnya bertemu dalam suasana yang begitu asri di alam terbuka. Dari saling memuji, pasangan ini beranjak kepada saling mengajak untuk menikmati kebersamaan. Di sini terlihat inisiatif dari sang pria, yang mendatangi kekasihnya yang menanti dengan antusias (Kidung Agung 2:8-9). Ajakan sang pria terasa begitu pas. Di alam terbuka dengan bunga-bunga dan pohon anggur serta ara yang mulai berbuah, rasanya akan lengkap dan indah dengan kicauan burung yang merdu. Bagi sang pria, kekasihnya ialah bak merpati, yang bukan hanya cantik, tetapi juga merdu.
Sayangnya, paduan kasih yang begitu harmonis, diganggu oleh kehadiran rubah-rubah kecil. Rubah, merupakan binatang yang suka merusak kebun anggur (anjing hutan; Neh. 4:3). Tidak jelas seperti apakah gangguan yang menimpa pasangan kita ini. Mungkin, rubah-rubah ini menggambarkan pria-pria lain yang mencoba menyatakan cintanya kepada sang wanita. Yang pasti, kesetiaan sang wanita hanya pada kekasihnya terungkap lewat jawaban begitu lugas (Kidung Agung 2:16).
Masalah yang sering terjadi pada pasangan kekasih bahkan sebelum menjadi pasutri, ialah adanya pilihan-pilihan alternatif yang ditawarkan dunia. Godaan itu bisa berupa kecantikan, kekayaan, karier atau hal apa saja yang menjadi penguji kesetiaan kita. Bila Anda sudah mantap dengan pilihanmu, bila Anda sudah yakin ini pasangan yang Tuhan berikan, singkirkan rubah-rubah itu!
Comments
Post a Comment