Kid 1 (MAD2T*Pagi*27. Juli*Tahun 2)

Kidung Agung 1

Penjelasan Singkat
Kasih jemaat kepada Kristus

Isi Pasal
Mempelai laki-laki dan wanita dalam hubungan erat yang menggembirakan.

Judul Perikop
Mempelai perempuan dan puteri-puteri Yerusalem (1:2-8)
Mempelai laki-laki dan mempelai perempuan puji-memuji (1:9--2:7)

Tafsiran: Cinta sejati tidak memandang perbedaan sebagai penghalang, apalagi kalau perbedaan itu dipakai untuk membeda-bedakan sesama berdasarkan SARA. Hal ini sedikit tergambarkan dalam puisi pertama dari Kidung Agung. Bagian ini terbagi menjadi ayat 2-4a suara sang mempelai perempuan, ayat 4b suara para sahabat, ayat 5-7, kembali sang perempuan, dan ayat 8 para sahabat. Fungsi suara para sahabat ini menjadi pemberi semangat untuk pasangan itu tetap setia satu sama lain, walaupun dihadang tantangan.

Meskipun status sosial berbeda, sang mempelai perempuan mungkin seorang dari kelas rakyat pekerja (Kidung Agung 1:6), sebaliknya sang kekasih adalah raja (Kidung Agung 1:4), hal ini tidak menghalangi hasrat cinta yang tulus bahkan bisa dikatakan sedikit posesif (3b; cemburu?), yaitu keinginan mencium serta menikmati keharuman badan sang kekasih, bahkan ingin segera memuncak pada paduan kasih di mahligai pernikahan.

Hasrat yang begitu besar ini belum tercapai. Ada penghalang yang harus diterobos. Bayangkan gunjingan dari kalangan istana mengenai sang mempelai perempuan karena kerendahan status sosialnya (Kidung Agung 1:6). Dengan percaya diri, sang perempuan mengatakan dirinya cantik (Kidung Agung 1:5). Hitam kulitnya disebabkan oleh sinar matahari yang membakarnya justru menarik sang raja. Entah karena ?hitam manis?, atau karena karakter pekerja kerasnya.

Kerinduan sang perempuan diungkapkan lewat keinginannya mengenal lebih baik lagi sang kekasih, bukan dari luar saja, seperti ?pengembara? di antara teman-teman sang kekasih. Keberanian untuk menyatakan kerinduan ini akan dibalas oleh sang kekasih pada perikop selanjutnya. Di ayat delapan sang mempelai wanita seolah mendapatkan penguatan untuk tetap mencari.

Cinta sejati tidak surut oleh tantangan, melainkan setia dan fokus pada panggilan mulia Allah pada pasangan yang diberkati-Nya.

Pria lebih mudah tergoda oleh apa yang dilihat dan disentuhnya, wanita oleh apa yang didengar dan dirasakannya. Sehingga bagi sepasang kekasih, yang belum menikah, pria harus menjaga diri dari menyentuh, sang perempuan dari memberi diri disentuh.

Percakapan manis mempelai perempuan dan kekasihnya merupakan ungkapan kasih sejati yang berorientasi bukan pada diri sendiri, melainkan pada pasangannya. Perhatikan bagaimana mempelai pria memuji kekasihnya (Kidung Agung 1:9-11, 15; 2:2). Sebaliknya, sang perempuan terhadap kekasihnya (Kidung Agung 1:12-14, 16; 2:3). Lihat bagaimana sang mempelai perempuan begitu terpesona pada kekasihnya sehingga ?sakit asmara? (Kidung Agung 2:3b-6). Kerinduan untuk berada di peraduan bersama dengan sang kekasih begitu kuat, pada saat yang sama, sadar bahwa untuk semua itu ada waktunya (Kidung Agung 2:7).

"Jangan kamu membangkitkan dan menggerakkan cinta sebelum diingininya" bisa diartikan sebagai bentuk disiplin diri untuk tidak hanyut pada keinginan atau kebutuhan biologis semata. Bagi pasangan yang belum menikah, tentu seks dan segala bentuk keintiman fisik yang berpotensi ke arah itu harus dihindari. Di sini peran perempuan untuk mengatakan ?tidak? sangat penting (Kidung Agung 2:7). Sebaliknya bagi pasangan yang resmi, relasi seks yang indah dan nikmat merupakan hak bersama, walau tidak berarti segala-galanya.

Disiplin dalam seks penting karena kita bukan binatang yang hidup didorong oleh naluri. Kita adalah makhluk mulia, gambar dari Sang Khalik. Dia memberikan cinta, seks, dan keintiman untuk tujuan mulia, bukan semata-mata untuk kenikmatan sesaat, apalagi sepihak. Kiranya, ketertarikan kita pada pasangan kita, selalu dikendalikan oleh kekudusan dan kasih sejati. Kasih sejati mau memberikan yang terbaik untuk pasangannya, dan bukan sekadar mau menerima.

Comments

Popular posts from this blog

2 Tawarikh 23 (MAD2T*Pagi*19 Feb*Tahun 2)

2 Raja-Raja 25 (MAD2T*Pagi*23 Jan*Tahun 2)

1 Tawarikh 7 (MAD2T*Pagi*27 Jan*Tahun 2)