Ams 29 (MAD2T*18 Juli*Tahun 2)
Amsal 29
Penjelasan Singkat
Mengenai pemerintahan umum
Isi Pasal
Peringatan dan pengajaran.
Tafsiran: Dalam catatan sejarah Israel kita bertemu dengan seorang raja muda yang bebal. Bukan bodoh dalam arti intelektual, melainkan bodoh karena ia memilih mendengar nasihat yang keliru. Rehabeam, putra Salomo, memilih mendengar bujukan anak muda sebayanya untuk ikut-ikutan gaya hidup nikmat yang serba instan. Ia menolak nasihat para tua-tua yang memiliki pengalaman hidup yang memadai untuk menjalankan roda pemerintahan yang berkenan pada Allah dan dihormati rakyatnya (ayat 1-14; band. Ams. 29:12). Akibatnya, pemberontakan dan perpecahan.
Berkaca dari peristiwa sejarah di atas, kita diingatkan oleh Amsal bahwa sikap keras kepala dan bebal yang menolak pengajaran yang benar, akan merugikan diri sendiri (ayat 1). Berkanjang terus dalam kejahatan akan menjerat dan membinasakan diri sendiri (ayat 5,6) Demikian pula, sikap bebal seperti itu merugikan orang lain (ayat 2, 4, 8). Sebaliknya, orang yang bijaksana mau mendengarkan ajaran dan nasihat. Orang seperti itu akan menjadi pemimpin yang membawa kesejahteraan untuk rakyatnya. Ia pasti disenangi oleh rakyatnya, dalam versi demokrasi masa kini, dia pasti dipilih kembali oleh rakyat untuk memimpin. Tetapi juga Tuhan akan berkenan dengan kepemimpinannya (ayat 14).
Itu sebabnya, kita perlu mendidik anak-anak muda bukan hanya dengan nasihat, tetapi kalau perlu dengan disiplin dan teguran keras. Memang apa yang diupayakan gereja pada masa kini, menanamkan pendidikan moral kristiani kepada generasi muda mendapatkan tantangan tersendiri dari moralitas dunia yang permisif. Kita akan dikatakan tidak demokratis, mengebiri hak azasi kaum muda, dan ketinggalan zaman. Namun, masa depan bangsa dan negara kita adalah tanggung jawab kita sebagai warga negara yang baik. Sumber nasihat kita harus pada firman Tuhan dan bersandarkan kuasa Kristus yang bisa mengubahkan hati yang keras dan bebal. Dan jangan lupa kita harus menjadi teladan buat anak-anak muda kita!
Kalau mau disimpulkan, seluruh ajaran Amsal, nasihat-nasihat bijaknya, sebenarnya menantang kita untuk memeriksa diri masing-masing secara jujur. Siapakah kita, orang benar atau orang bebal, akan terlihat dari cara kita menanggapi atau merespons nasihat-nasihat Amsal ini (ayat 27).
Sebenarnya Amsal tidak mengajukan pilihan netral antara menjadi bodoh atau berhikmat. Setiap pilihan mengandung konsekuensinya masing-masing. Jelas memilih kebebalan, menolak pengajaran yang benar pasti berujung kebinasaan (ayat 16). Maka bangsa yang tidak mau diajarkan kebenaran sejati, yaitu yang menolak firman Tuhan sebagai sumber hidup dan hukum mereka, pasti kacau masyarakatnya (ayat 18). Itulah yang nyata terlihat dari banyak bangsa di dunia masa kini. Negara-negara yang dulu didirikan oleh pemimpin-pemimpin Kristen kini menjadi negara sekuler-ateis yang memisahkan moral religi dari kehidupan sehari-hari. Pragmatismelah yang menjadi berhala mereka, maka kehidupan amorallah yang menjadi ciri mereka.
Amsal menawarkan solusi. Pertama-tama, didik kaum muda dengan cara yang benar (ayat 17): tidak cukup hanya dengan kata-kata, tetapi dengan tindakan nyata, kesaksian hidup dari mereka yang mengaku dewasa rohani. Seperti mengajari seorang pelayan, cara terbaik bukan dengan sederetan nasihat atau teori (ayat 19), tetapi contoh praktis yang bisa ditiru dan disiplin yang tinggi (ayat 21).
Problem utama kita sebenarnya bukan kekurangan guru yang pintar dan ahli dalam bidang pendidikan, tetapi dalam hal akhlak dan moral, serta sikap takut akan Tuhan. Kebanyakan kita cepat sekali bermuka dua, di satu sisi kita bertutur-kata rohani, padahal yang kita lakukan lebih sering untuk menyenangkan orang lain, menjilat pemimpin atau orang kaya, dan akhirnya kompromi dengan dosa. Kalau kita yang sadar akan pentingnya pendidikan generasi muda saja masih suka bermuka dua seperti itu, bagaimana mungkin kaum muda belajar dari Tuhan lewat ajaran dan hidup kita?
Kesimpulan
Mereka yang tidak pernah menghargai Firman Allah mudah menjadi mangsa dari musuh jiwa. Keyakinan di dalam Allah dan Firman-nya memampukan seseorang untuk melihat dengan murah hati hinanya rancangan iblis yang paling jahat, dan akan menjaga seseorang di dalam kewajibannya, dan mengatasi rasa takut pada manusia.
Comments
Post a Comment