Ams 26 (MAD2T*15 Juli*Tahun 2)
Amsal 26
Penjelasan Singkat
Berbagai macam peribahasa
Isi Pasal
Peringatan dan pengajaran.
Tafsiran: Tentu tidak ada seorang pun yang senang menghadapi orang yang bebal dan malas. Raja Salomo dengan hikmat dari Tuhan menulis tentang orang bodoh dan malas. Seperti salju bukanlah milik musim panas dan tidak pada tempatnya jika hujan turun di musim panen, begitulah penghormatan bukan milik orang bebal (ayat 1). Mereka tidak pantas menerimanya. Orang bebal adalah orang yang gemar berlaku cemar (ayat 10:23), berasumsi bahwa ia benar (ayat 12:15), keras kepala (ayat 17:10), dan suka menolak nasihat (ayat 23:9).
Mempercayakan suatu pekerjaan kepada orang bebal bagai mengundang kesulitan masuk ke dalam hidup (ayat 6). Mengutus seorang pembawa pesan bagai menggerakkan kaki untuk melangkah. Namun menugaskan seorang bebal untuk mengerjakan tugas itu bukan hanya tidak menolong, tetapi juga berakibat merugikan! Lebih baik tidak mengirimkan pesan sama sekali daripada harus menyuruh seorang bebal. Sebab itu adalah salah bila kita memercayai orang bebal (ayat 8, 10). Bukan hanya kontraproduktif, tetapi juga tidak masuk akal! Itu hanya membuat dia semakin bebal dan malah mendorong orang lain untuk menjadi bebal juga (band. Ams. 21:11).
Nasihat bagi orang bebal adalah kesia-siaan, seperti tidak bergunanya kaki orang yang lumpuh, tidak dapat membawa dia kemana-mana (ayat 7). Ia tidak memahaminya dan tidak dapat menggunakannya dengan benar (ayat 9). Ia juga suka mengulangi kebodohannya (ayat 11). Seberapa sering pun mereka diperingatkan, mereka tidak pernah belajar, juga dari pengalaman. Maka kita harus bijak menghadapi dia (ayat 4-5). Menanggapi dan berargumen dengan orang bebal bisa membuat orang kelihatan seperti orang bebal juga. Namun kadangkala tidak bijaksana juga jika kita hanya diam menghadapi mereka. Mereka sulit diatur. Meski begitu, orang bebal pasti akan memikirkan baik-baik kebebalannya jika harus terus menerus menghadapi penolakan dan teguran (ayat 3).
Orang bebal memang harus dihindari, dan kita sendiri harus menghindar dari kebebalan!
Salah satu isu sentral dalam kitab Amsal adalah penggunaan lidah. Lebih dari 150 kali, Amsal menyebutkan masalah penggunaan bibir, mulut, dan lidah. Ini memperlihatkan bahwa ketiga bagian tubuh tersebut mempunyai pengaruh penting dalam kehidupan manusia. Surat Yakobus menyatakan bahwa lidah adalah api dan dapat menodai seluruh tubuh (Yak. 3:6). Bagaimana bisa terjadi demikian?
Fitnah dan pertengkaran yang dilontarkan lidah bagai kayu bakar bagi api unggun (ayat 20-21). Akan tetapi, api akan padam jika kayu habis. Maka pertengkaran pun akan terhindar jika orang menghindari gosip dan fitnah. Lalu bagaimana jika kita harus berargumen? Bukankah kadang kala pertengkaran muncul dari adu argumentasi? Memang kita tidak bisa selalu setuju dengan semua orang. Dan mungkin saja butuh argumentasi untuk mengemukakan kebenaran. Maka untuk itu kita perlu berpikir sebelum bicara. Tentu lebih baik menghindari pertengkaran yang tidak perlu terjadi.
Ternyata tidak semua perkataan yang baik lahir dari maksud yang baik pula. Dari niat melindungi diri atau untuk keuntungan sendiri, orang berdusta dan bermulut licin (ayat 28). Misalnya melontarkan sanjungan dengan tujuan agar orang yang disanjung melakukan keinginan si pemberi sanjungan. Atau salesman dari produk yang tidak populer memaparkan kelebihan produk yang dijualnya secara bombastis, agar dibeli orang. Atau seorang politisi yang memperoleh banyak suara di dalam pemilu karena obral janji kepada rakyat. Atau pengajar sesat yang memakai bahasa yang indah untuk menyesatkan orang (Rm. 6:17-18). Kata-kata manis yang diucapkan dengan maksud buruk, bagaikan setetes racun di dalam sesendok madu. Maka seindah apa pun kata-kata, bila merupakan dusta, tetap saja merugikan orang (ayat 24-25).
Sebagai orang yang percaya kepada Tuhan Yesus, hendaknya kita tidak berlaku demikian. Kristus adalah Kebenaran maka sebagai pengikut-Nya, kita pun harus berkata-kata dengan jujur dan berdasarkan kebenaran.
Kesimpulan
(Pelajaran utama, ay. 20-25) Allah memberi kita dua telinga dan dua mata, namun hanya satu mulut. Karena itu kita harus lebih banyak melihat dan mendengar daripada berbicara, karena kita tidak dapat menarik kembali kata-kata kita.
Comments
Post a Comment