2 Raja-Raja 25 (MAD2T*Pagi*23 Jan*Tahun 2)
2 Raja-raja 25
Penjelasan Singkat
Bait Suci dihancurkan
Isi Pasal
Penyerangan ke Yerusalem dan pembuangan akhir.
Judul Perikop
Gedalya menjadi gubernur dan dibunuh (25:22-26)
Yoyakhin dikasihani (25:27-30)
Tafsiran: Allah kita adalah Allah yang panjang sabar dan penuh dengan anugerah. Ketika umat terus melakukan apa yang jahat, maka penghakiman Allah akan datang dan hal tersebut sangat mengerikan.
Setelah kematian Yosia, kerajaan Yehuda merosot secara tajam. Anak-anak Yosia silih berganti menjadi raja, tetapi mereka semua melakukan apa yang jahat di mata Tuhan. Anak Yosia yang terakhir menjadi raja, yaiut Zedekia, juga melakukan apa yang jahat di mata Tuhan (2 Raja-Raja 24:2 Raja-Raja 24:19). Semua ini menunjukkan bahwa Yehuda sedang berjalan menuju kehancuran dan Allah tidak lagi memberikan mereka raja yang baik.
Zedekia melakukan hal yang bodoh, seperti Yoyakim. Pertama-tama ia takluk kepada Babel dan membayar upeti, kemudian ia memberontak terhadap Babel (2 Raja-Raja 24:2 Raja-Raja 24:20). Karena Yehuda sudah pernah memberontak terhadap Babel sebelumnya, kali ini Babel tidak lagi berbelas kasihan. Babel mengepung Yerusalem sekitar 2 tahun lamanya (2 Raja-Raja 24:2 Raja-Raja 25:1-3) dan akhirnya dapat menghancurkan tembok kota Yerusalem (2 Raja-Raja 24:4). Tentara Babel menangkap raja Zedekia dan membawanya ke raja Babel. Lalu Zedekia mendapatkan hukuman yang sangat mengerikan. Anak-anaknya disembelih di depan matanya, kemudian mata Zedekia dibutakan, lau ia dibelenggu dan dibuang ke Babel (2 Raja-Raja 24:7). Begitu pula imam kepala dan imam lainnya beserta pegawai istananya dibunuh (2 Raja-Raja 24:18-21), dan orang Yehuda diangkut ke dalam pembuangan dari tanahnya (2 Raja-Raja 24:21). Babel tidak hanya menghancurkan Yerusalem, rumah Allah juga dibakar (2 Raja-Raja 24:9), tiang-tiang tembaga dipecahkan (2 Raja-Raja 24:13), dan perkakas-perkakas dalam rumah Allah diambil semuanya (2 Raja-Raja 24:14-15).
Kehancuran raja dan rakyat Yehuda, Yerusalem dan Bait Allah merupakan tragedi yang sangat mengenaskan. Hal itu karena umat terus melakukan kejahatan di mata Tuhan dan tidak mau bertobat. Marilah kita bertobat sebelum Allah memutuskan hukuman-Nya. Ia adalah Allah yang penuh kasih. Jangan sampai Allah sudah memutuskan hukuman-Nya. Karena jika demikian penghakiman sudah tidak terelakkan. [IT]
Seorang anak berusia hampir 4 tahun bersikeras tidak mau membereskan mainannya. Maka dengan terpaksa sang ayah memukul bagian pantatnya. Tiga kali pukulan membuat sang anak menangis namun akhirnya membereskan mainannya. Melihat sang anak menangis dan kesakitan, sang ayah menjadi iba. Anak itu dipeluk dan digendongnya. Untuk menghibur sang anak, sang ayah segera mengajaknya pergi ke warung dekat rumah untuk membeli permen kesukaan sang anak. Anak itu masih harus menanggung akibat hukuman karena pantatnya masih sakit, namun ia sekaligus mendapatkan kasih ayahnya yang begitu besar.
Meskipun tidak persis sama, cerita di atas dapat dikatakan sebagai versi lain dari babak akhir kisah kerajaan Yehuda. Yehuda yang sudah hancur lebur masih mendapat perhatian dari raja Babel. Raja Babel mengangkat seseorang menjadi pemimpin bagi mereka yaitu Gedalya. Sebab ia adalah seorang yang tepat untuk jabatan itu. Nabi Yeremia mencatat bahwa Gedalya adalah seorang pribadi yang sangat mengagumkan meskipun naif (Yer. 40). Latar belakangnya juga mengesankan karena ia adalah cucu dari salah seorang penasihat Yosia sang pembaharu (2 Raja-raja 25:2 Raja-raja 22:3). Karena reputasinya itulah, para gerombolan pemberontak yang masih berkeliaran mau tunduk secara suka rela kepadanya dan meletakkan senjata mereka untuk kembali bekerja menggarap tanah. Tetapi kasih Allah yang dinyatakan melalui raja Babel itu dihalangi oleh segelintir orang yang tidak bertanggung jawab (2 Raja-raja 25:26).
Namun kasih Allah tidak dapat dihalangi oleh siapapun. Jika kasih kepada Yehuda yang dinyatakan di wilayah Yehuda sendiri mendapatkan halangan yang cukup berarti. Maka lazimnya kasih itu tidak akan pernah dapat dinyatakan di wilayah Babel, musuh Yehuda, apalagi di istana raja Babel. Namun kenyataannya lain bukan (2 Raja-raja 25:27-30)? Mengapa? Itu semua memperlihatkan bahwa kedaulatan Allah tidak hanya berlaku atas penghukuman yang dijatuhkan bagi Yehuda lewat tangan Babel, namun juga berlaku atas kasih-Nya yang dicurahkan kepada umat pilihan-Nya.
Renungkan: Kasih dan penghukuman-Nya berjalan beriringan ditopang oleh kedaulatan-Nya. Ini adalah berita kesukaan karena ini semua bukan teori tapi dapat menjadi kenyataan, karena jika seorang ayah mampu melakukan itu, tentu saja Allah jauh lebih mampu.
Comments
Post a Comment