Ams 25 (MAD2T*14 Juli*Tahun 2)
Amsal 25
Penjelasan Singkat
Pandangan mengenai raja-raja
Isi Pasal
Peringatan dan pengajaran.
Judul Perikop
Amsal-amsal Salomo yang dikumpulkan pegawai-pegawai Hizkia (25:1--29:27)
Tafsiran: Tuhan bisa memakai siapa saja sebagai alat-Nya, termasuk orang yang tidak pernah diperhitungkan sekalipun. Hal ini terlihat bagaimana Allah memakai pegawai-pegawai Hizkia menerbitkan 'himpunan Salomo', tentu saja dengan ilham Ilahi. Pegawai-pegawai Hizkia mempunyai sikap taat akan apa yang diperintahkan raja (ayat 1). Keterlibatan pegawai Hizkia dalam menyusun amsal-amsal Salomo (ayat 25:1-29:27) sekitar tahun 715-686 sM adalah semasa kebangunan rohani yang dipimpin oleh raja yang takut akan Allah itu.
Tuhan menginginkan manusia mempunyai hubungan yang baik dengan Tuhan, apa pun jabatannya, sekali pun orang tersebut berkedudukan sebagai raja atau penguasa (ayat 2-3). Jika hubungan para pemimpin dengan Tuhan baik maka pemimpin dapat menjalankan kekuasaannya berdasarkan keadilan, kebenaran, dan kemurahan (ayat 4-5). Penguasa seharusnya menyadari bahwa semua jabatan yang ada berasal dari Tuhan. Semua itu merupakan kepercayaan yang Tuhan berikan untuk dijaga dan dipelihara, bukan sebuah legalitas untuk bertindak sewenang-wenang. Demikian juga rakyat harus bisa menjaga sikap sewaktu berhadapan dengan penguasa (ayat 6-7). Sikap yang kita tunjukkan akan menentukan siapa kita di hadapan para penguasa (lih. Luk. 14:8-11). Kalau kita baik maka kita akan mendapatkan tempat terhormat. Begitu pula sebaliknya, jika kita bersikap tidak baik tentu kita tidak akan dihargai. Kita juga harus bersikap baik pada sesama, dengan siapa pun kita berhadapan, agar kita memperoleh berkat Tuhan (ayat 9-10). Sikap ini dapat ditunjukkan dalam berbagai aspek. Baik perkataan yang diucapkan tepat pada waktunya (ayat 11) atau menjadi penasehat yang bijaksana (ayat 13). Dengan demikian kita dapat menjadi berkat bagi orang lain hingga terwujud persekutuan yang indah (Luk. 18:1-18).
Dengan memperhatikan semua itu, marilah kita bercermin: bagaimana sikap kita selama ini? Apakah sudah menjadi berkat atau masih harus banyak belajar? Belum terlambat bagi kita untuk berubah!
Biasanya manusia akan merasa aman bila kebutuhan hidupnya tercukupi. Meski ukuran cukup bagi tiap orang tidak sama, hendaknya jangan juga memenuhi kebutuhan secara berlebihan (ayat 16). Meski memenuhi kebutuhan adalah sesuatu yang menyenangkan, kita perlu tahu batas. Kita mesti tahu kapan harus berhenti memuaskan kebutuhan. Kita harus peka apakah memenuhi kebutuhan dilakukan dengan pertimbangan kesehatan atau hanya karena ketamakan.
Bila dalam hal mencukupi kebutuhan kita mesti tahu kapan waktu untuk berhenti maka dalam hal berkarib, kita mesti tahu kapan kita harus pergi. Jangan terlalu sering mengunjungi orang lain (ayat 17). Secukupnya saja. Seringnya kita berkunjung dapat menjadi beban dan mengganggu kenyamanan orang yang kita datangi. Akibatnya kasih dapat berganti menjadi kejemuan, bahkan berubah ke arah kebencian.
Kita juga harus belajar memperlakukan musuh dengan baik (ayat 21-22). Ini jelas tidak mudah. Apa lagi bila perlakuan musuh pada kita begitu menyakitkan hingga sulit terlupakan. Sifat kemanusiaan kita pasti ingin membatasi kasih kita hanya kepada orang yang mengasihi kita. Kita hanya akan memberi kepada orang yang kita perkirakan mampu membalas pemberian kita (band. Luk. 6:32-34). Namun Allah memerintahkan kita untuk mengasihi sesama kita, tentu musuh kita termasuk di dalamnya. Sebab itu Allah menginginkan kita untuk memperlakukan musuh dengan sikap yang berbeda dari yang dilakukan orang lain terhadap musuh mereka (band. Mat. 5:44; Rm. 12:17-21). Mungkin saja perlakuan kita yang baik akan melahirkan penyesalan yang mendalam pada dirinya. Akan tetapi, apa pun respons musuh terhadap kebaikan kita, Allah akan menganugerahkan berkat-Nya kepada kita. Dengan membalas kejahatan dengan kebaikan, berarti kita juga telah mempercayai Allah sebagai Hakim.
Tentu kita berpikir bahwa semua ini tidak semudah mengatakannya. Sebab itu Allah menyediakan kasih karunia-Nya bagi kita. Bergantunglah pada-Nya (ayat 9; Flp. 4:13).
Comments
Post a Comment