Ams 24 (MAD2T*13 Juli*Tahun 2)
Amsal 24
Penjelasan Singkat
Lanjutan ... Kebaikan dan keburukan dipertentangkan
Isi Pasal
Peringatan dan pengajaran.
Tafsiran: Beberapa kesalahan kecil berakibat fatal karena dapat merusak reputasi seseorang. Banyak orang hanya tahu menggunakan kekuatan fisik dalam menyelesaikan pelbagai masalah.
Dalam bagian ini, penulis Amsal berkata bahwa memiliki otak lebih baik daripada memiliki otot dan mempunyai hikmat lebih baik daripada mempunyai kekuatan (bdk. 21:2). Otak di sini bukan menunjuk pada pengetahuan dan kemampuan intektual, melainkan hikmat (Amsal 24:5). Hikmat dilukiskan sebagai madu yang baik dan manis bagi jiwa (Amsal 24:13-14). Selain itu, hikmat menjanjikan imbalan di masa depan di mana harapan kita tidak akan hilang (Amsal 23:18), bahkan akan tercapai secara tak terhingga.
Manusia harus menaklukkan pikirannya kepada Kristus dan menyucikannya dari semua yang jahat dan sia-sia. Tindakan baik atau jahat dimulai dari pikiran, diutarakan melalui mulut, dan dinyatakan dalam perbuatan. Dengan hikmat, seseorang tidak akan pergi berperang tanpa rencana matang (Amsal 24:6), seseorang tidak akan berbuat hal yang jahat saat berelasi dengan sesama (Amsal 24:1-2). Hidup dalam hikmat, seseorang akan memperlakukan sesamanya tanpa memandang latar belakang maupun status sosial orang tersebut (Amsal 24:12). Dengan hikmat, rumah didirikan, ditegakkan, dan dilengkapi dengan bermacam-macam harta benda yang berharga dan menarik (Amsal 24:3-4, bdk.Luk. 6:48). Itu sebabnya Allah ingin kita mulai segala sesuatu dengan pikiran yang dikendalikan hikmat Allah.
Orang-orang yang bertumbuh dalam hikmat berarti dikuatkan dengan segala kekuatan (Kol. 1:9-11). Orang bijak akan mengandalkan hikmat, sedangkan orang kuat mengandalkan kekuatan ototnya.
Jadi, marilah kita mengutamakan hikmat, bukan otot sehingga kita mengerjakan segala sesuatu selaras dengan hikmat dan pengetahuan Allah. Tidak menggigit lebih daripada yang dapat dikunyah. Tidak memulai sesuatu yang tidak dapat diselesaikan, dan melihat dulu sebelum melompat. Jika tugas ini dilalaikan, maka Allah yang menguji hati akan membalas manusia menurut perbuatannya. [SB]
Setiap orang Kristen memiliki dua kewarganegaraan, yaitu warga Kerajaan Allah dan warga negara di dunia. Dua status tersebut menuntun pada hak dan kewajiban seseorang.
Dalam perikop ini, kita melihat bagaimana sang ayah memberitahukan putranya tentang kewajiban yang harus dilakukannya, yaitu "takut akan Tuhan dan raja." Raja di sini ada hubungannya dengan sistem pemerintahan dalam zaman Salomo. Sebagaimana kita ketahui bahwa Israel kuno menganut sistem pemerintahan teokrasi, yang artinya Tuhan adalah Raja dan Ia mengatur segala sesuatunya melalui perantara-Nya. Para pemimpin yang dipilih oleh Tuhan bertanggung jawab kepada Tuhan dalam memimpin sebuah negara.
Bencana dari Tuhan datang atas mereka yang tidak takut kepada-Nya (Amsal 24:21), pada orang yang menghakimi secara tidak adil. Sebaliknya, ada janji berkat Tuhan bagi mereka yang mengadili dengan adil (Amsal 24:24-25, bdk. Rm. 13:4-5), memberi jawaban dengan jujur (Amsal 24:26, 28-29), dan yang bekerja keras (Amsal 24:27, 30-34). Sebagai warga Kerajaan Allah, sudah menjadi kewajiban kita untuk menghormati Pencipta kita, menyembah dan memujaNya, dan selalu takut akan Dia. Sebagai warga negara di dunia, sudah menjadi kewajiban kita untuk setia dan patuh kepada pemerintah (Rm. 13:12). Jika kedua-duanya berbenturan, perkaranya sudah diputuskan bahwa kita harus lebih taat kepada Allah daripada manusia.
Banyak ketidakadilan dan ketidakjujuran yang terjadi di sekitar kita, apa yang dapat dilakukan orang Kristen melihat kenyataan seperti itu? Saat melihat ketidakadilan dan kecurangan, kita bisa menyuarakannya kepada yang berwenang. Biarlah kita para warga Kerajaan Allah menjadi saksi-saksi kebenaran dan keadilan-Nya dengan cara menyejahterakan kota di mana kita tinggal. Lakukanlah hal itu dengan baik dan bertanggung jawab selama kita hidup di dunia ini. [SB]
Kesimpulan
Jika orang jahat makmur, kita tidak boleh condong untuk melakukan seperti yang mereka lakukan, atau juga mengeluh tentang apa yang Allah lakukan dalam pemeliharaan-Nya. Mereka tidak memiliki kebahagiaan yang sejati di dalam hati, kemakmuran mereka hanya untuk saat ini dan tidak ada kebaikan bagi mereka di dunia yang akan datang. Karena itu marilah kita menghormati dan menghargai Allah dan patuh pada pemerintahan Allah yang telah ditetapkan atas kita.
Comments
Post a Comment