Ams 20 (MAD2T* 09 Juli*Tahun 2)
Amsal 20
Penjelasan Singkat
Lanjutan ... Kebaikan dan keburukan dipertentangkan
Isi Pasal
Peringatan dan pengajaran tentang jalan hidup orang bodoh.
Tafsiran: Hikmat seseorang terlihat melalui perilakunya. Bersih dan jujurnya seseorang dikenali dari perbuatannya (ayat 11). Orang berhikmat akan mampu menyelami isi hati dan kedalaman pikiran orang lain (ayat 5). Namun kurangnya hikmat akan membuat orang bertindak tanpa kendali diri.
Orang yang tidak bisa mengendalikan diri dalam hal minuman keras akan mempermalukan diri sendiri (ayat 1). Ia akan mabuk dan tidak mempertimbangkan apapun dalam segala perbuatannya. Perhatikan kisah Nuh (Kej. 9:21) dan Lot (Kej. 19:31-36). Tidak adanya kendali diri juga akan tampak dalam ledakan amarah (ayat 3), sebaliknya hikmat akan memampukan orang untuk tidak terlibat dalam perbantahan (ayat 2).
Si pemalas adalah orang yang tidak berhikmat. Ia tidak pernah memikirkan masa depannya. Ia selalu punya alasan untuk tidak bekerja (ayat 4). Yang dia sukai hanyalah tidur dan bermalas-malasan (ayat 13). Lalu bagaimana ia memenuhi kebutuhan hidupnya? Bantuan dari orang lainlah yang dia harapkan! Alangkah kasihannya orang yang malas ini.
Orang yang tidak berhikmat tampak lewat perkataan yang banyak menyanjung diri (ayat 6). Mungkin karena tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa ia baik, sehingga ia merasa perlu mengobral kata-kata tentang kebaikan dirinya.
Maka di dalam segala sesuatu kita perlu hidup berintegritas (ayat 7). Meski tidak ada orang yang tahu, jangan berbuat curang karena Allah yang Mahaadil melihat semua itu dengan jelas (ayat 8). Bila kita bekerja di dalam dunia perdagangan, jangan menggunakan timbangan atau ukuran yang sudah dibuat sedemikian rupa sehingga barang yang kita jual tidak mencapai timbangan atau ukuran yang seharusnya (ayat 10). Kekayaan yang diperoleh dari kecurangan bukanlah berkat Tuhan. Lagi pula kekayaan bukanlah segala-galanya (ayat 15).
Hidup berhikmat hendaknya bukan hanya berlaku pada hari Minggu saja, sementara hari lain kita hidup dengan cara berbeda. Buka mata dan telinga agar kita dapat belajar untuk melakukan apa yang benar dan kudus menurut Allah (ayat 12).
Penulis Amsal menyampaikan juga nasihat-nasihat mengenai bicara. Bila orang telah menyatakan diri bertanggung jawab atas kewajiban orang lain, maka ia harus melaksanakan janji itu (ayat 16). Selain itu, orang juga harus berhati-hati sebelum mengucapkan nazar (ayat 25). Ada orang yang mengucapkan nazar karena pengaruh situasi. Ia tidak pikir panjang. Sesudah terucap, barulah ia berpikir ulang dan bermaksud mundur dari nazarnya. Padahal nazar yang sudah diucapkan harus dilaksanakan! Kita juga harus berhati-hati menghadapi orang yang suka membicarakan orang lain. Jika dia suka membicarakan orang lain kepada kita, dia pun akan suka juga membicarakan kita kepada orang lain (ayat 19).
Nasihat berikutnya berkaitan dengan berbagai segi kehidupan. Segala sesuatu yang diperoleh melalui kecurangan niscaya tidak akan membawa kepuasan (ayat 17). Harta yang didapat dengan cepat kebanyakan diperoleh dengan cara yang tidak benar. Ini akan berakhir dengan kesia-siaan (ayat 21). Rencana yang efektif juga sangat penting dalam perjuangan hidup (ayat 18). Bisa saja suatu pekerjaan diselesaikan tanpa pertimbangan, tetapi tentu tidak sebaik yang disertai dengan perencanaan matang. Meski demikian, semuanya tidak lepas dari kendali dan rancangan Tuhan (ayat 24). Ia menaruh roh di dalam diri setiap orang, yang dapat mengevaluasi setiap motif dan tindakan, juga dapat mengenal dan menyenangkan Allah. Karena itu, jika kita memiliki hati nurani yang dimurnikan Tuhan, kita dapat mendengarkannya saat kita membutuhkan pertimbangan dalam segala rencana yang kita buat.
Nasihat lain berkaitan dengan perlakuan orang terhadap orang lainnya. Orang yang menganggap rendah orangtuanya akan menerima ganjaran (ayat 20). Musa mengatakan bahwa orang yang menghormati orangtua akan menerima ganjaran umur panjang dan keadaan yang baik (Ul. 5:16). Bila kita menerima perlakuan jahat dari orang lain, jangan membalas. Itu bagian Tuhan. Jika seorang raja bisa menghukum orang jahat (ayat 25), apa lagi Tuhan. Biarkan Tuhan yang bertindak!
Kesimpulan
Ini adalah kalimat yang tidak sempurna, ‘tidak seorangpun yang bisa mengatakan tidak berdosa, kecuali orang Benar, yang berjalan dengan aturan Firman Allah bisa mendapatkan penghiburan akan hati nurani yang baik, dan anak-anaknya akan hidup dengan lebih baik karena dia.’
Comments
Post a Comment