Ams 17 (MAD2T*06 Juli*Tahun 2)

Amsal 17

Penjelasan Singkat
Lanjutan ... Kebaikan dan keburukan dipertentangkan

Isi Pasal
Amsal mengontraskan kebaikan dan kejahatan.

Tafsiran: Betapa berharganya hidup yang tenteram dan damai. Jiwa yang tenang lebih berharga daripada kekayaan, tetapi selalu berada dalam kegelisahan. Hikmat tidak hanya dimiliki oleh orang yang memiliki status sosial terhormat. Orang yang sederhana pun bisa memiliki hikmat. Hikmat akan memampukan orang untuk `naik kelas' sehingga ia bisa berada dalam posisi memimpin orang yang status sosialnya lebih tinggi, tetapi tidak berhikmat (Amsal 17:2).

Orang yang berhikmat menyadari bahwa Tuhanlah yang mengenal manusia sedalam-dalamnya (Amsal 17:3), karena Dialah yang menguji hati manusia. Proses pengujian itu bagaikan panasnya api peleburan yang dipakai untuk memurnikan logam mulia. Sangat panas dan menyakitkan! Akan tetapi, pengujian itu diperlukan untuk memurnikan dan menyempurnakan iman dan karakter seseorang (band. 1Ptr. 1:7).

Karakter buruk dapat ditandai dari kesukaan orang akan hal-hal yang buruk (Amsal 17:4), dan juga dari perkataannya (Amsal 17:7). Orang seperti itu sering bertindak salah dan bisa bergembira atas hal yang salah (Amsal 17:5). Ia juga mengharapkan keuntungan dari tindakan yang salah, misalnya memberikan suap (Amsal 17:8). Berbeda dengan orang berhikmat, ia tidak menutupi pelanggaran dengan menggunakan suap. Ia menutupi kesalahan orang lain dengan mengampuninya (Amsal 17:9). Ini tidak mudah, sebab orang biasanya tergoda untuk membuka aib orang lain. Terutama bila dalam keadaan marah! Salah satu cara untuk menghindari kemarahan orang adalah dengan menghargai teguran. Orang bebal akan merasa sakit hati bila dinasihati. Memang kebebalan biasanya disertai kecongkakan (Amsal 17:10). Tentu tak enak bila berjumpa orang bebal (Amsal 17:12). Terlebih orang bebal tidak menghargai kebaikan. Bukan tak mungkin ia membalas kebaikan dengan kejahatan (Amsal 17:13).

Lebih celaka lagi bila kita yang menjadi orang bebal. Bukan hanya karena kita akan dijauhi orang lain, tetapi juga kita sudah hidup tidak berkenan di hadapan Allah! Karena itu berusahalah untuk hidup sesuai dengan firman-Nya.

Ketidakadilan dan membalikkan fakta merupakan hal yang dibenci Tuhan (Amsal 17:15, 26). Namun hal ini banyak terjadi di dunia ini. Sebagai orang beriman, tentu saja kita harus berani menyatakan kebenaran dan bertindak di atas kebenaran karena itulah yang Tuhan inginkan. Keadilan juga dapat diperlihatkan melalui hubungan persahabatan. Orang yang bersikap adil dalam suatu persahabatan, bukan hanya mau menerima kasih dan perhatian dari sahabatnya. Sebaliknya, ia juga mau mengasihi dan memberi perhatian bila sahabatnya berada dalam kesukaran (Amsal 17:17), bukan malah meninggalkan dia. Saat-saat sulit akan membuktikan ketulusan dan loyalitas seseorang dalam suatu persahabatan. Namun bukan berarti orang harus menjadi korban konyol dari kesalahan orang lain (Amsal 17:18).

Orang juga perlu berhati-hati dengan sikap memperkaya diri serta sikap pamer. Itu akan mencelakakan (Amsal 17:19). Begitu pula orang yang tidak jujur dan senang bersilat lidah (Amsal 17:20, 23). Kebebalan bukan hanya berdampak buruk bagi diri sendiri, tetapi juga akan mendukakan dan mempermalukan orang tua (Amsal 17:21,25). Itu sebabnya orang tua harus mewariskan harta hikmat agar anak-anaknya bijak serta tahu mengutamakan hal-hal yang memang perlu diutamakan. Bukan menjadi pemimpi yang tidak memiliki arah dan tujuan (Amsal 17:24). Karena selain mewujud dalam kehidupan praktis sehari-hari, hikmat juga terlihat melalui cara pandang, pola pikir, dan tujuan hidup orang. Betapa pentingnya memiliki hikmat!

Periksalah diri kita sekarang. Adakah hikmat Tuhan sudah menjadi orientasi hidup kita? Alangkah baiknya bila hikmat Tuhan mendasari gerak hidup dan perumusan tujuan hidup kita! Dengan demikian kita akan menjadi orang yang hidup seperti yang Tuhan inginkan. Hikmat, kejujuran, keadilan, kesetiaan, dan nilai-nilai semacam itu mungkin terlihat tidak menarik, dan mengharuskan orang menjauhkan diri dari kesenangan duniawi. Akan tetapi, nilai-nilai semacam itu bermakna kekal karena berasal dari Tuhan yang kekal.

Kesimpulan
Tentang pengganti yang paling memuaskan untuk hikmat adalah diam. Kebijaksanaan berbicara lebih baik daripada kefasihan berbicara.

Comments

Popular posts from this blog

2 Tawarikh 23 (MAD2T*Pagi*19 Feb*Tahun 2)

Nehemia 12 (MAD2T*Mlm*08 Maret*Tahun 2)

2 Raja-Raja 25 (MAD2T*Pagi*23 Jan*Tahun 2)