Ams 16 (MAD2T*05 Juli*Tahun 2)

Amsal 16

Penjelasan Singkat
Lanjutan ... Kebaikan dan keburukan dipertentangkan

Isi Pasal
Amsal mengontraskan kebaikan dan kejahatan.

Tafsiran: Pasal 16 ini dibuka dengan pengajaran mengenai kedaulatan Allah. Manusia boleh merencanakan jalannya sendiri, namun pada akhirnya Allahlah yang menentukannya. Ini bukan berarti manusia tidak perlu merencanakan apapun (fatalis), melainkan ia harus belajar berserah pada kedaulatan Allah (Amsal 16:3). Kedaulatan Allah bahkan mencakup hal-hal yang sulit untuk dipahami misalnya keberadaan orang fasik (Amsal 16:4). Namun Allah tentu punya maksud tersendiri ketika menjadikan segala sesuatu ada di dunia ini.

Kata Allah muncul 9 kali di ayat 1-11, raja muncul 5 kali di ayat 10-15. Keunikan posisi raja di sini dikaitkan dalam konteks pemerintahan Allah di dunia. Seperti Allah, seorang raja memiliki kuasa yang besar dalam perkataan dan perbuatan. Ia juga bertanggung jawab untuk memerintah dengan adil dan benar. Dikaitkan dengan kedaulatan Allah, pemerintahan raja tidak berada di luar kedaulatan-Nya. Seorang raja harus tetap menyadari bahwa ia sendiri berada di bawah pemerintahan Allah yang Mahakuasa. Pengertian demikian akan menghindarkan dia dari berlaku fasik (Amsal 16:12). Sekalipun kekuasaan raja besar, namun orang bijak melampauinya (Amsal 16:14). Seorang raja sendiri perlu dikendalikan oleh hikmat yang dari Allah. Dengan demikian wajahnya memancarkan cahaya kehidupan dan kebaikan (Amsal 16:15).

Itu sebabnya pengejaran hikmat merupakan hal yang terpenting (Amsal 16:16). Tanpa hikmat, seorang yang dipercayakan kuasa serta posisi yang tinggi dalam masyarakat akan mencelakakan orang-orang di sekelilingnya. Hikmat bukan saja lebih berharga daripada kekuasaan yang besar, melainkan juga lebih berharga daripada segala harta kekayaan. Hidup berhikmat artinya menjauhi kejahatan (Amsal 16:17). Kejujuran adalah jalan hikmat. Jalan hikmat tidak hanya menyelamatkan orang lain, tetapi juga diri sendiri (Amsal 16:17).

Bila hikmat jauh lebih berharga dari pada harta kekayaan, juga jauh lebih berharga daripada kekuasaan, bukankah sudah selayaknya kita mengejar dan memiliki hikmat?

Kata-kata mempunyai kuasa untuk membangun atau menghancurkan, menghibur atau menyakiti. Karena itu kata-kata dapat mendorong seseorang melakukan tindakan-tindakan yang sangat terpuji, yang berani sampai yang paling bodoh sekalipun. Ingatkah Anda asal mula kerusuhan Ketapang? Itu hanyalah salah satu contoh betapa kata-kata mempunyai kuasa yang luar biasa.

Karena itulah penulis Amsal perlu berbicara tentang kata-kata kepada umat Allah. Kerinduan Allah adalah kata-kata anak-anak-Nya hendaklah senantiasa seperti sarang madu bukan seperti madu (Amsal 16:24). Artinya di dalam perkataan mereka haruslah ditemukan madu yang mempunyai banyak manfaat bagi manusia. Dengan kata lain hendaklah perkataan mereka itu memberikan manfaat bagi sesamanya, jangan malah sebaliknya menjadi racun yang menyebabkan kehancuran sesama kita, lingkungan (Amsal 16:27), dan tatanan sosial masyarakat (Amsal 16:28).

Bagaimana agar kata-kata kita bermanfaat bagi sesama, lingkungan, dan masyarakat? Kunci yang pertama terletak pada hati manusia (Amsal 16:23). Tepat seperti yang pernah diucapkan oleh Yesus (Mat. 12:34-37). Karena itu hati manusia harus selalu diisi dengan norma-norma, nilai-nilai, dan kebenaran-kebenaran Illahi agar menjadi bijak dan berpengertian (Amsal 16:21, 23). Itu semua bisa didapati di dalam firman-Nya (Amsal 16:20). Hati yang diwarnai oleh firman-Nya akan menghasilkan 'madu' yang sangat berkhasiat bagi sesamanya (Amsal 16:23). Kunci yang kedua adalah sabar dan penguasaan diri (Amsal 16:32). Kunci ini mempunyai makna ganda: (Amsal 16:1) kita harus sabar dan menguasai diri sehingga tidak mengeluarkan kata-kata yang beracun, (Amsal 16:2) ketika orang lain mengeluarkan kata-kata beracun kepada kita, kita harus mendengarkan dan menerimanya dengan sabar dan penguasaan diri, sehingga kita bisa menaklukan kebencian dan sakit hati yang merupakan dorongan yang kuat untuk melakukan tindakan-tindakan yang bodoh dan tercela.

Renungkan: Satu minggu yang lalu berapa kali Anda memberikan 'madu' dan berapa kali Anda memberikan 'racun' kepada orang-tua, suami, istri, anak, saudara, teman-teman sejawat, bahkan pembantu rumah tangga Anda? Dari 2 kunci yang tersedia, manakah yang belum Anda miliki? Apa yang akan Anda lakukan agar kunci itu dapat Anda miliki?

Kesimpulan
Jalan terbaik untuk dilalui adalah jalan orang yang tulus, sebuah jalan dimana Allah membuatnya jelas kepada mereka yang ingin berjalan di dalamnya. Kita jangan tersesat dengan bersandar pada apa yang tampaknya benar, tetapi sebenarnya tidak.

Comments

Popular posts from this blog

2 Tawarikh 23 (MAD2T*Pagi*19 Feb*Tahun 2)

Nehemia 12 (MAD2T*Mlm*08 Maret*Tahun 2)

2 Raja-Raja 25 (MAD2T*Pagi*23 Jan*Tahun 2)