Maz 119:91-176 (MAD2T*04 Jun*Tahun 2)

Maz 119:91-176

Tafsiran:

Orang modern mengagung-agungkan pendidikan. Menurut mereka, pendidikan bisa mengubah orang menjadi lebih baik dan bermoral karena pada dasarnya manusia itu baik. Pandangan ini keliru! Banyak orang yang berpendidikan tinggi justru menjadi penjahat berkaliber.

Hanya satu jenis pendidikan yang dapat mengubah manusia yang berdosa menjadi manusia yang beradab dan bermoral, yaitu pendidikan dari Tuhan sendiri. Tentu syarat utama mendapatkan pendidikan Tuhan adalah seseorang harus menjadi umat Tuhan terlebih dulu. Inilah yang telah dialami oleh pemazmur. Dengan pengakuan bahwa dia adalah milik Tuhan (Mazmur 119:94), pemazmur mengungkapkan faedah pendidikan Tuhan. Pertama, firman Tuhan menjadikan anak-anak Tuhan bijaksana dan berakal budi melebihi kepandaian para guru bahkan pengetahuan para orang tua (Mazmur 119:89-100). Hal ini bukan meremehkan peran para guru atau para orang tua yang telah makan asam garam kehidupan. Firman Tuhan membuat kita memiliki cara pandang dan cara menilai dari sudut Allah berdiri.

Kedua, pendidikan Tuhan memberikan hikmat yang dapat mengatasi kelicikan para musuh Tuhan yang hendak memperdaya anak-anak Tuhan ke dalam kesesatan (Mazmur 119:98, 110). Dengan berpegang pada firman Tuhan, kita dipelihara dari kesesatan. Firman Tuhan menuntun kita pada jalan kebenaran (Mazmur 119:101, 104, 105). Ketiga, firman Tuhan menjadi kesukaan hidup anak-anak Tuhan (Mazmur 119:103). Kedekatan dengan Tuhan membuat hidup kita bergairah (Mazmur 119:92). Firman memberi tenaga rohani yang membuat kita semakin giat melayani-Nya dengan penuh syukur (Mazmur 119:108).

Dengan firman-Nya, Tuhan menopang kehidupan di dunia ini. Dengan kasih setia-Nya, Ia menopang hidup anak-anak-Nya untuk menjadi yang terbaik di mata-Nya serta menjadi teladan moral bagi dunia yang kacau ini.

Renungkan: Menghadapi orang yang sungguh penuh firman Tuhan, orang dunia secerdik apa pun pasti "kewalahan."

Jika kita jujur maka akan kita akui bahwa banyak dari keputusan dan tindakan kita yang tidak didorong oleh alasan yang benar. Salah satu alasan paling berpengaruh adalah takut akan manusia. Takut ditolak, takut direndahkan, takut ditanggapi negatif, takut dianggap tidak berpihak, takut dilawan. Kita perlu sadar bahwa dengan demikian kita sedang membiarkan orang lain membentuk diri kita, bukan Tuhan. Akhirnya kita makin menyimpang dari menjadi diri yang sepadan dengan rencana Allah.

Bergaul dengan firman secara teratur dan mendalam akan menumbuhkan jati diri dan sikap-sikap yang benar di dalam kita. Sikap benar terhadap sesama tumbuh sebagai akibat sikap kita terhadap firman Allah, membuat karakter kita mengalami pemurnian dan penyelarasan dengan sikap hati Allah sendiri. Sikap benar apa saja akan tumbuh sebagai akibat dari bergaul akrab dan menaati firman? Hati akan condong kepada apa yang dinilai baik dan mulia. Jika firman menjadi harta pusaka (Mazmur 119:111) kita akan meminati keputusan Allah (Mazmur 119:112), membenci sikap bercabang hati (Mazmur 119:113). Kita akan lebih takut gentar terhadap Allah daripada takut kepada orang yang melawan Allah (Mazmur 119:117-120).

Firman menanamkan dalam diri kita janji dan prinsip bahwa saat kita takut kita dapat berdoa memohon perlindungan-Nya (Mazmur 119:116). Kebiasaan menatap kemuliaan Allah dalam firman membuat kita mampu melihat kepalsuan dari kemuliaan orang fasik (Mazmur 119:119). Penilaian Allah menjadi penilaian kita. Sikap kita mengalami pemurnian. Tindakan kita makin serasi dengan hati Allah sendiri. Untuk tiba pada kondisi demikian diperlukan proses panjang dan tekun. Disiplin membaca-gali Alkitab melalui Santapan Harian hendaknya dilihat sebagai proses pembentukan sikap itu.

Renungkan: Memang kita masih harus dan perlu hidup terlibat dalam masyarakat. Dibekali pemahaman firman yang kental, kita akan terlibat tidak dengan membunglon, tetapi membawa pengaruh positif dari kebenaran Tuhan.

Saat krisis menimpa kehidupan anak-anak Tuhan, apakah yang mampu menopang mereka agar tetap tegar beriman? Hanya kehidupan doa dan firman yang disiplin dapat memberi topangan yang kokoh konsisten. Doa menghasilkan kekuatan untuk bertahan, sedangkan firman menjadi pedoman bagaimana menghadapi kesulitan dan menang terhadapnya.

Krisis terberat tentu saja ketika kita menghadapi penghujatan terhadap firman Tuhan (Mazmur 119:136, 150). Serangan terhadap firman Tuhan sama saja dengan upaya menggoncang sendi-sendi keimanan itu sendiri. Padahal firman Tuhanlah yang menopang kehidupan anak Tuhan dan membuatnya bersukacita serta penuh pengharapan untuk dapat menanggulangi berbagai krisis (Mazmur 119:137-144). Oleh karena itu, marilah kita belajar untuk memanjatkan doa-doa permohonan kita kepada Tuhan agar kita terus menerima firman Tuhan yang menopang hidup kita (Mazmur 119:133-135). Marilah kita nyatakan tekad untuk lebih sungguh-sungguh menerapkan setiap perintah-Nya dalam hidup ini (Mazmur 119:145-149). Kita harus memanjatkan doa demikian dengan keyakinan penuh bahwa Tuhan dapat diandalkan (Mazmur 119:153- 154) dan segala firman-Nya tak pernah gagal (Mazmur 119:151-152).

Teladan pemazmur ketika krisis melanda patut kita tiru. Semakin keadaan sulit, semakin kita perlu bergiat mencari hadirat Tuhan dalam doa dan firman (Mazmur 119:147-148). Marilah kita memeriksa diri kita masing- masing. Seberapa disiplinkah kita menjalankan waktu teduh? Janganlah menunggu krisis melanda baru mencari pegangan pada Tuhan lewat doa dan firman. Bentuklah kebiasaan dan pola yang teratur tiap-tiap hari untuk menghampiri takhta-Nya secara pribadi maupun dalam persekutuan sesama umat Tuhan.

Renungkan: Kekuatan dan kemenangan melawan krisis sehebat apa pun tidak akan didapat dari usaha sendiri, melainkan dari Tuhan lewat kehidupan dan doa dan firman sehat.

Penutup mazmur ini agak sedikit membingungkan, "Aku sesat seperti domba yang hilang, carilah hamba-Mu ini." Bukankah seluruh isi mazmur ini penuh ungkapan pujian syukur, keyakinan, keluhan dan permohonan serta bertubi-tubi pernyataan kesetiaan pemazmur dalam mengikut Tuhan? Bahkan di ayat 110, pemazmur tegas berkata, "...tetapi aku tidak sesat dari titah-titah-Mu."

Permohonan yang menutup rangkaian panjang Mazmur ps. 119 ini, sebenarnya merupakan pengakuan kerendah-hatian pemazmur. Walaupun selama ini ia telah mempertahankan hidup taat dan setia terhadap firman Tuhan, tekanan yang bertubi-tubi dari pihak musuh dapat saja membuat ia lemah dan tidak mawas diri sampai dosa kesombongan menjeratnya jatuh.

Dengan pengakuan yang merendahkan hati seperti itu, pemazmur hendak mengingatkan kita semua agar waspada terhadap segala tipu daya yang dapat membawa kita keluar dari menikmati firman Tuhan. Kita harus melawan dan sedikit pun tidak boleh menyerah terhadap hujatan orang yang meremehkan firman Tuhan sebagai tidak relevan untuk hidup ini. Sebaliknya, kita harus ikrarkan tekad untuk mengiring Tuhan senantiasa sehingga kita dapat menikmati hadirat-Nya lewat persekutuan dalam firman-Nya (Mazmur 119:162-167). Kita harus terbuka di hadapan Tuhan agar firman- Nya senantiasa mengoreksi hidup kita (Mazmur 119:168).

Dua hal bisa kita lakukan dengan meneladani pemazmur. Pertama, kita tidak boleh lengah. Jangan sedikit pun kita biarkan fokus kita beralih dari Tuhan kepada dunia. Kedua, kita harus selalu terbuka kepada teguran firman Tuhan. Siap berpaling dari pelanggaran yang sudah disingkapkan oleh firman dan terimalah perbaikan dari Tuhan Yesus, agar kita menjadi lebih sempurna dalam ketaatan dan kesetiaan pada firman-Nya.

Comments

Popular posts from this blog

2 Tawarikh 23 (MAD2T*Pagi*19 Feb*Tahun 2)

Nehemia 12 (MAD2T*Mlm*08 Maret*Tahun 2)

2 Raja-Raja 25 (MAD2T*Pagi*23 Jan*Tahun 2)