Maz 119:1-90 (MAD2T*03 Jun*Tahun 2)

Mazmur 119:1-90

Penjelasan Singkat
Doa meditasi dan pujian

Isi Pasal
Keunggulan dan manfaat pewahyuan ilahi dinyatakan dan nasihat kepada semua orang untuk merenungkan dan menaatinya.

Judul Perikop
Bahagianya orang yang hidup menurut Taurat TUHAN (119:1-176)

Tafsiran: Banyak orang Kristen salah mengerti Taurat. Mereka tidak habis mengerti bagaimana mungkin orang memuji-muji keindahan Taurat bahkan menyatakan kecintaan terhadapnya. Bukankah Taurat adalah peraturan- peraturan yang sebagian besar bersifat larangan? Bagaimana mungkin orang mencintai peraturan apalagi larangan, lagipula bukankah Taurat tidak berlaku lagi untuk orang Kristen?

Mazmur 119 mengoreksi pandangan keliru yang disebabkan mengidentikkan Taurat dengan hukum. Taurat bukan sekadar hukum melainkan petunjuk Ilahi berdasarkan karakter Tuhan. Tujuan Allah memberi Taurat ialah agar umat Allah menjalani dan menikmati hidup dalam anugerah-Nya. Dengan menyebut Taurat sebagai peringatan (Mazmur 119:2), titah (Mazmur 119:4), firman (Mazmur 119:9), dll., pemazmur mengajak umat Allah menghayati Taurat sebagai pemberian Allah agar umat hidup berbahagia (Mazmur 119:1-3). Taurat membahagiakan karena membukakan kekudusan Allah bagi mereka (Mazmur 119:9- 11). Taurat menjadi terang Ilahi yang membuat orang dapat menghadapi hal-hal gelap yang merusak kehidupan. Dengan hidup sesuai Taurat orang hidup dekat Allah. Merenungkan firman Tuhan dan menikmatinya sama dengan melihat karakter Allah (Mazmur 119:15). Karena Taurat Tuhan berisi kedahsyatan diri Allah sendiri maka umat perlu berdoa memohon kepada Tuhan agar mampu memahami dan mengalaminya.

Kita hidup di tengah-tengah dunia jahat yang menekan serta mengerikan (Mazmur 119:19, 22). Oleh karena itu, kita perlu dekat dengan Tuhan dan benar-benar menikmati kemerdekaan kekudusan Allah. Dengan demikian gaya hidup dosa dari dunia ini kehilangan daya tariknya. Kita memerlukan kuasa kebenaran Allah menopang kita. Sehingga serangan kejahatan tidak akan mampu menggoncang keteguhan kerohanian kita kepada Tuhan.

Ajakan: Mari kita belajar menghargai firman Tuhan sebagai anugerah yang membebaskan kita dari cara hidup yang tidak berkenan kepada-Nya.

Sungguhkah hidup akrab dengan firman selalu ditandai oleh suasana hati suka? Jika dalam perikop yang kita baca kemarin timbul kesan demikian, tidak demikian dengan perikop hari ini. Kini lebih banyak ungkapan yang menandakan kesusahan (Mazmur 119:25, 28, 39) daripada kesukaan (Mazmur 119:24) diakui jujur oleh pemazmur menjadi pengalaman nyata dia sehari-hari.

Bukankah pengalaman serupa juga menjadi fakta orang beriman masa kini? Mengapa bisa demikian? Apabila kita juga mengalami suka duka yang sama dalam firman, bagaimana kita sebaiknya bersikap? Perikop ini memberi kita analisis mengapa kemenduaan perasaan demikian bisa terjadi. Dengan memahami penyebabnya, kita akan mengerti bagaimana jalan keluarnya. Pertama, pemazmur mengungkapkan bahwa perasaan negatif yang dialaminya adalah akibat tekanan dari orang yang tidak tunduk kepada kebenaran Allah. Mereka bukan orang sembarangan, tetapi orang-orang berpengaruh yang justru bersepakat melawan pemazmur (Mazmur 119:23). Pengalaman sama juga sering kita alami kini. Justru tatkala kita berpaut pada firman dan bertekad menaatinya, kita akan berhadapan dengan risiko yang tidak enak. Pengalaman pahit paling nyata adalah ketika kita ingin menerapkan firman dalam lingkup etika (Mazmur 119:29-31).

Kedua, kedukaan muncul karena ada kelemahan di pihak orang beriman untuk mampu sungguh mencintai dan melaksanakan firman (Mazmur 119:25-27, 34-36). Orang beriman masih memiliki berbagai kelemahan dan kecenderungan melanggar firman. Kerinduan untuk mengerti firman, tidak selalu terjawab dalam pengalaman nyata. Firman kita baca dan renungkan, tetapi kita tidak kunjung memahaminya. Firman ingin kita pegang menjadi prinsip hidup, namun kita tidak teguh hati berpegang kepadanya. Juga sering tidak cukup keberanian untuk memikul segala risiko yang tidak enak.

Anjuran: Jangan berhenti merenungkan firman hanya karena Anda tidak mengerti. Jangan berhenti berjuang menaati firman meski berat risikonya.

Di tengah-tengah penentangan dan perlawanan dari dunia, iman Kristen sering kali menjadi terpojok. Iman dianggap tidak lebih dari menjaga diri agar tidak tercemar dosa. Kekudusan lebih dihayati sebagai sikap bertahan bukan sikap mempengaruhi. Hal itu sangat mungkin terjadi karena pemahaman sempit akan firman Tuhan. Firman Tuhan dianggap hanya berkuasa untuk mengatur aspek rohani dalam kehidupan seseorang bukan berotoritas penuh dan utuh atas keseluruhan hidupnya.

Pemazmur mengenal Tuhan yang firman-Nya berkuasa atas semua manusia dan berdaulat atas setiap aspek dari kehidupan umat-Nya. Itu sebabnya, pemazmur berdiri tegak menegur para pemimpin yang lalim (Mazmur 119:46). Ia berani menyingkapkan kemarahan kudusnya kepada orang fasik (Mazmur 119:53), yang hidup melawan Tuhan dan firman-Nya. Teladan pemazmur ini mendorong kita untuk berteguh tekad, tidak surut terhantam hujatan orang berdosa (Mazmur 119:51, 61). Seperti pemazmur, kita mampu dengan mantap tetap berpegang pada firman Tuhan dan bersukacita di dalamnya (Mazmur 119:47, 50, 52, 54). Hidup kudus memang berarti menjaga langkah hidup seirama dengan petunjuk- petunjuk-Nya secara teratur (Mazmur 119:55, 59, 62), dan memelihara ketaatan pada firman-Nya dalam persekutuan dengan sesama anak Tuhan (Mazmur 119:63). Akan tetapi, firman yang direnungkan itu tidak berhenti sampai di situ. Firman Tuhan memberikan hikmat serta menjadikan anak-anak Tuhan bijak dan cerdas menjawab tantangan dunia dan menang terhadapnya (Mazmur 119:66).

Kita tidak boleh membiarkan kehidupan iman kita terkurung dalam sikap mengasihani diri sendiri. Sikap demikian hanya akan melumpuhkan kesaksian hidup kita karena kita membungkamkan kebenaran Tuhan yang seharusnya kita kumandangkan di dunia milik Tuhan ini.

Camkan: Hanya dengan menjadikan firman Tuhan sumber dan pedoman hidup, hidup akan memancarkan terang Tuhan yang mengenyahkan pekatnya kehidupan dunia berdosa.

Mengapa orang Kristen menderita? Ada banyak alasan, namun dari perikop ini kita bisa melihat dua macam penderitaan yang dikaitkan dengan firman Tuhan.

Pertama, penderitaan sebagai akibat proses pembelajaran firman (Mazmur 119:67). Menurut 2Tim. 3:16 salah satu manfaat firman dalam rangka mendidik orang dalam kebenaran adalah dengan menyatakan kesalahan orang tersebut. Mengapa firman menyingkapkan kesalahan? Apa maksud dan tujuan dari pengalaman menyakitkan tersebut? Pemazmur yakin bahwa Tuhan sedang mengajarkan dirinya agar hidup dalam kebenaran, serta berpegang teguh pada firman-Nya. Allah tegas. Ia akan mengizinkan penderitaan menerpa orang percaya ketika orang percaya bermain-main dengan hal-hal yang tidak benar. Tuhan baik. Ia berbuat demikian karena menginginkan yang terbaik bagi anak-anak-Nya (Mazmur 119:68, 75). Melalui penindasan, diharapkan anak-anak Tuhan sadar kesalahan mereka sehingga mereka bertobat dan belajar taat kepada firman-Nya (Mazmur 119:71).

Kedua, penderitaan sebagai bagian proses pikul salib (Mazmur 119:69). Penderitaan ini justru terjadi karena taat firman, yang mengakibatkan diri dibenci dan dikucilkan oleh dunia ini (Mazmur 119:78, 83, 85). Derita karena kebenaran memang berat, tetapi menguatkan. Dalam penderitaan, rohani dan iman kita bertumbuh dengan pengharapan yang membuat kita makin menantikan saat Tuhan menolong. Kita tidak hanya berharap Ia melegakan penderitaan, tetapi jaya menegakkan kebenaran serta menghukum pihak yang bersalah (Mazmur 119:81-84). Penderitaan karena taat firman sesungguhnya menempa anak-anak Tuhan menjadi lebih kuat serta lebih menjunjung Allah dan firman-Nya. Sebenarnya kedua macam penderitaan itu, Tuhan izinkan terjadi dalam hidup kita karena Dia mengasihi kita dan menginginkan kita semakin bersinar dalam karakter Ilahi.

Camkan: Firman Tuhan mengikis habis semua karakter buruk kita dan menopang iman kita menuju kesempurnaan.

Comments

Popular posts from this blog

2 Tawarikh 23 (MAD2T*Pagi*19 Feb*Tahun 2)

Nehemia 12 (MAD2T*Mlm*08 Maret*Tahun 2)

2 Tawarikh 5 (MAD2T*Pagi*10 Feb*Tahun 2)