Ams 4 (MAD2T*23 Jun*Tahun 2)
Amsal 4
Penjelasan Singkat
Ajakan untuk taat
Isi Pasal
Nasihat yang paling sungguh-sungguh untuk mempelajari hikmat yang sejati.
Judul Perikop
Nasihat untuk mencari hikmat (4:1-27)
Tafsiran: Ada pepatah, "Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama." Pepatah ini berbicara tentang warisan yang diturunkan dari satu generasi kepada generasi berikut. Capaian sebuah generasi akan menjadi kebanggaan generasi selanjutnya. Generasi penerus diharapkan menghasilkan capaian yang akan memuliakan generasi pendahulunya. Sayangnya generasi penerus belum tentu memperoleh capaian yang baik, sebaliknya bisa mengalami kemerosotan bahkan kejatuhan. Lalu apa warisan terbaik dari sebuah generasi kepada penerusnya?
Sebagaimana pesan yang sudah diterima dari ayahnya (Amsal 4:3-4), penulis amsal menginginkan anak-anaknya menerima pesan yang sama dari dia. Pesan itu akan menjadi warisan paling berharga dari generasi ke generasi. Isi pesan itu adalah didikan, pengajaran, perintah, dan arahan yang mendorong putra-putranya untuk meraih hikmat dan pengertian (Amsal 4:5-9). Karena pengalaman penulis amsal dan pengalaman ayahnya membuktikan bahwa hikmat telah memelihara dan menjagai hidup mereka, ia juga berharap hikmat itu akan memelihara dan menjagai hidup anak-anaknya. Penulis amsal menganjurkan anak-anaknya untuk memperoleh serta meninggikan hikmat dan pengertian yang akan menjunjung tinggi martabat dan kerajaan mereka.
Bila Anda sudah berkeluarga dan memiliki anak, apakah Anda juga membagikan nilai-nilai yang Anda warisi dari orang tua atau generasi terdahulu, yaitu nilai-nilai yang bersumber dari kebenaran Tuhan dan yang kemudian membentuk karakter Anda? Kiranya bukan hanya sebutan sebagai orang Kristen saja yang Anda wariskan, tetapi nilai-nilai hidup seorang Kristen pun hendaknya merupakan harta berharga yang harus Anda wariskan kepada setiap anak. Dengan demikian, seolah tongkat estafet yang dipindah tangankan, nilai-nilai kekristenan itu pun terus disampaikan ke tangan generasi demi generasi dalam keluarga kita dan berakar dalam kehidupan mereka.
Jika belum berkeluarga, tentu indah juga bila berbagi nilai-nilai Kristen dengan siapa pun yang ada di lingkungan Anda.
Hikmat dihasilkan melalui suatu keputusan yang diikuti disiplin seumur hidup. Tidak mengherankan dalam teks hari ini kita melihat sang ayah menasihati dan mendorong sang anak untuk terus berpegang pada didikan hikmat dan tidak boleh melepaskannya (Amsal 4:13).
Karena begitu penting untuk berpegang pada hikmat, sang ayah berulang kali meminta si anak untuk berjalan dalam hikmat (Amsal 4:10-13, 20-21, 25-27). Pentingnya pengulangan nasihat ini adalah karena orang fasik selalu berusaha membuat orang lain tersandung. Mereka tidak dapat tidur jika tidak mencelakai orang lain (Amsal 4:16). Maka jika tidak berhati-hati orang benar pun bisa terjatuh bila mengikuti jalan orang fasik (Amsal 4:14-15).
Pentingnya hikmat dapat dilihat dari keuntungan yang didapat. Misalnya, tahun hidup orang yang berhikmat akan menjadi banyak (Amsal 4:10), hikmat akan membuat orang bebas melangkah terus dan tidak terhambat (Amsal 4:12), hikmat akan memimpin orang pada hidup yang dikehendaki Tuhan (Amsal 4:13).
Yang terpenting dalam menjalankan hikmat adalah menjaga hati dengan segala kewaspadaan (Amsal 4:23 a). Hati dalam konsep Ibrani adalah pusat keberadaan seseorang, mencakup akal budi, perasaan, dan kehendak. Hikmat bukanlah respons yang bersifat lahiriah saja. Perkataan dan tindakan akan lahir dari hati orang, dan dari situlah terpancar kehidupan (Amsal 4:23). Sebagai proses dalam menjaga hati, seseorang harus menghindari mulut yang serong (Amsal 4:24). Tidak jelas apakah yang dimaksud adalah menjaga perkataan sendiri atau jangan mendengarkan perkataan serong dari orang lain. Mungkin kedua-duanya yang dimaksudkan. Termasuk dalam nasihat ini adalah jangan menyebar kelaliman, dusta, mengumpat, dan perbantahan (Amsal 10:6, 18; 22:10). Sesungguhnya orang yang dapat menjaga lidahnya adalah orang yang sempurna, yang dapat mengendalikan seluruh tubuhnya (Yak. 3:2).
Tidak mudah untuk memilih jalan hikmat karena godaan dari orang fasik sangat besar. Namun kita harus terus berpegang dan bertekun dalam hikmat karena hanya dalam hikmatlah kita beroleh hidup yang berkenan kepada Allah.
Comments
Post a Comment