Ams 3 (MAD2T*22 Jun*Tahun 2)

Amsal 3

Penjelasan Singkat
Nasihat untuk berbagai macam hal

Isi Pasal
Kuasa hikmat yang sejati menjadikan manusia diberkati dan menjadi berkat.

Judul Perikop
Berkat dari hikmat (3:1-26)
Anjuran untuk berbuat baik (3:27-35)

Tafsiran: Mengingat merupakan unsur penting dalam proses pendidikan. Orang tua atau guru tentu senang sekali bila anak atau murid mengingat segala pengajaran yang diberikan. Tindakan mengingat memperlihatkan penghargaan anak didik kepada orang tua atau guru yang mengajar dia. Namun yang terutama, hal itu menunjukkan bahwa segala pengajaran yang telah mereka berikan tidak sia-sia.

Penulis amsal menghimbau anak didiknya agar mengingat dan memelihara segala pengajaran yang telah dia sampaikan (Amsal 3:1). Tindakan mengingat sebenarnya dimulai dengan sebuah minat. Bila orang berminat pada apa yang dia dengar maka dia akan mengingatnya dengan baik. Maka tindakan mengingat bukan bicara masalah memori semata-mata melainkan masalah keinginan untuk memelihara dan hidup sesuai pengajaran itu.

Mengingat dan memelihara pengajaran dalam ketaatan membuat ajaran itu tertanam di dalam diri (Amsal 3:3, 5-6); bagai fondasi bagi bangunan atau akar bagi sebatang pohon, yang membuat bangunan atau pohon itu tegak berdiri dan dapat bertahan melawan ancaman badai. Maka lebih dari sebuah penghargaan kepada si pengajar, tindakan mengingat ajaran sangat bermanfaat dan menjadi berkat bagi diri si anak didik itu sendiri. Disebutkan di sini bahwa orang yang mau mengingat ajaran akan menikmati panjang umur dan sejahtera (Amsal 3:2). Ia juga akan dikasihi Allah dan manusia (Amsal 3:4). Memang jika orang menyimpan hikmat di dalam hatinya maka hikmat itu akan mempengaruhi hidup dan karakternya.

Lalu ajaran atau hikmat apa yang musti diingat oleh setiap orang yang mau belajar? Bahwa hidup yang menyenangkan Allah adalah hidup yang percaya dan bersandar kepada Dia (Amsal 3:5-8). Percaya berarti menempatkan diri sepenuhnya pada kasih karunia Allah. Bersandar berarti bergantung secara total. Bersandar pada diri sendiri bagaikan penolakan terhadap keberadaan Tuhan. Dapat juga berarti bahwa kita menempatkan diri sebagai ilah, sama seperti Tuhan. Salah satu ujian apakah kita sungguh-sungguh memercayai Tuhan adalah dengan melihat persembahan kita kepada Dia (Amsal 3:9-10).

Wujud kasih orang tua kepada anak bukan hanya diperlihatkan dengan tindakan membelai, tetapi harus nyata juga melalui tindakan menegur untuk mengoreksi bila si anak melakukan kesalahan.

Hikmat juga mencakup tindakan mendisiplinkan. Itu berarti, orang yang hidup di dalam hikmat bukan hanya akan menerima berbagai manfaat atau berkat hikmat, melainkan juga tindakan pengoreksian dari Sang Hikmat (Amsal 3:11) yang bersifat mendisiplinkan. Namun kita tidak boleh menganggap negatif tindakan pengoreksian ini. Karena upaya pengoreksian ini sesungguhnya lahir sebagai wujud kasih dan perhatian Tuhan kepada anak-anak-Nya (Amsal 3:12, bnd. Ibr. 12:5-6). Lalu pada akhirnya orang yang mencari dan mengutamakan hikmat akan beroleh berkat yang ternilai karena disebutkan bahwa keuntungannya melebihi keuntungan perak, hasilnya melebihi emas, dan harganya melebihi permata (Amsal 3:13-18). Hikmat akan menganugerahkan umur panjang, kekayaan, penuh damai sejahtera, dan juga menjadi berkat bagi orang lain (Amsal 3:16-18).

Penulis amsal juga menekankan bahwa hikmat dapat dimiliki melalui kedekatan hubungan dengan Tuhan (Amsal 3:19-26). Ini terlihat melalui ketaatan dan kesediaan dipimpin dan dituntun oleh hikmat.

Itulah manfaat hikmat yang akan kita terima bila kita mau hidup di dalamnya. Namun harus diingat bahwa suatu saat kita pasti akan menerima tindakan pengoreksian bila kita mau konsisten untuk berjalan di dalam hikmat itu. Kita tidak perlu kecil hati karena itu bukan merupakan tanda kegagalan. Karena Tuhan mengasihi kita maka Dia ingin kita semakin bertumbuh secara efektif. Tentu Tuhan tidak menginginkan kemunculan hal sia-sia dalam hidup kita, yaitu hal-hal yang tidak memuliakan Tuhan kita. Lalu bagaimana kita harus bersikap? Bersedia bekerja sama dengan Allah. Kita harus bersedia memangkas hal-hal yang memang Tuhan ingin pangkas dari dalam hidup kita. Agar seperti pohon yang dibersihkan dari benalu, kita dapat tumbuh dengan baik. Atau seperti batu permata yang diasah agar berkilau memancarkan kemuliaan-Nya.

Ternyata hikmat dikaitkan dengan dua karakter praktis yaitu kasih dan rendah hati. Dapat kita simpulkan bahwa kasih dan rendah hati adalah salah satu wujud nyata hikmat.

Seperti pedang bermata dua, kasih mempunyai dua sisi: pasif dan aktif. Kasih menolak untuk merugikan apalagi mencelakakan orang (ayat 29-30). Dalam hal inilah kasih memiliki makna pasif yaitu tidak berbuat jahat. Secara aktifnya, kasih mendorong kita melakukan sesuatu, yakni berbuat kebaikan kepada sesama (ayat 27-28). Tidak berbuat jahat memang bagian dari kasih, namun ini hanyalah bagian pasifnya. Berbuat kebaikan kepada orang yang membutuhkannya adalah bagian kasih yang aktif. Memiliki atau melakukan satu dari keduanya membuat kasih bukan saja tidak berimbang tetapi juga hilang. Rendah hati juga bermata dua: pasif dan aktif. Secara pasifnya, orang yang rendah hati menolak untuk meninggikan diri. Dengan kata lain, rendah hati merupakan lawan dari keangkuhan. Dari sisi aktifnya, rendah hati merupakan upaya terus menerus untuk hidup sesuai realitas. Rendah hati berarti bisa melihat realitas siapa kita dan menerima diri apa adanya serta hidup sesuai dengan fakta ini. Sebaliknya, orang yang angkuh tidak melihat realitas dengan tepat dan tidak bisa menerima diri apa adanya. Akibatnya, ia hidup berdasarkan diri yang tidak pernah ada; ia melandaskan siapa dirinya pada ilusi, bukan kenyataan. Imbalan untuk orang yang rendah hati adalah Tuhan mengasihaninya (ayat 34). Orang yang rendah hati mungkin tidak dikenal dan mungkin tidak diakui; ia tidak dikasihani dan tidak dihormati siapa-siapa. Namun ingatlah, Tuhan mengasihaninya dan akan mewariskan kehormatan kepadanya (ayat 35). Ini yang terpenting!

Renungkan: Orang yang rendah hati adalah orang yang berani: ia berani untuk tidak diakui dan ia berani untuk mengakui.

Comments

Popular posts from this blog

2 Tawarikh 23 (MAD2T*Pagi*19 Feb*Tahun 2)

2 Raja-Raja 25 (MAD2T*Pagi*23 Jan*Tahun 2)

1 Tawarikh 7 (MAD2T*Pagi*27 Jan*Tahun 2)