Ayub 40 (MAD2T*Mlm*03 April*Tahun 2)
Ayub 40
Penjelasan Singkat
Ayub merendahkan diri dihadapan TUHAN
Isi Pasal
Tantangan Allah kepada Ayub dilanjutkan. Jawaban Ayub.
Judul Perikop
Ayub merendahkan diri di hadapan Allah (40:1-5)
TUHAN menantang Ayub (40:6-14)
Lukisan tentang kuda Nil (40:15-24)
Tafsiran: Benarkah Allah tidak adil atau tidak memedulikan kehidupan kita? Atau Ia adalah Allah yang kurang kuasa-Nya? Tentang kepedulian Allah itu sudah nyata dari pembahasan perikop sebelum nas ini.
Allah melanjutkan jawaban-Nya untuk mengenyahkan keraguan Ayub tentang kepedulian Allah melalui binatang-binatang yang dikenal dengan kekuatan, keberanian, dan ketangguhannya di medan perang, yaitu kuda (ayat 39:22-25). Ciptaan Allah yang gagah ini dikaruniai naluri untuk mengetahui pekik peperangan atau kemenangan (ayat 27- 28). Binatang terakhir yang dipakai Allah untuk menjawab Ayub adalah burung elang dan rajawali. Dua hewan ini terkenal tangguh di angkasa. Kemampuan terbang menukik dan memangsa untuk memberi makan anak-anak mereka adalah kekuatan dari Allah (ayat 29-33). Dengan kata lain, Allah memelihara setiap ciptaan-Nya melalui karunia-karunia khusus.
Respons Ayub tepat. Sikap "menutup mulut dengan tangan" dan formulasi "satu kali... bahkan dua kali...." (ayat 37-38) menunjukkan Ayub sadar bahwa sikapnya menantang Allah tidak tepat. Sebelum memulai percakapan kedua (pasal 40-41) Allah kembali menantang Ayub sebagai manusia (ayat 40:2; lih. 38:3). Meragukan keadilan Allah (ayat 40:3) sama saja dengan menganggap diri lebih adil dan lebih berkuasa daripada Allah. Oleh karena itu, Allah menantang Ayub untuk membuktikan keadilan dan kekuasaannya itu kepada semua manusia yang fasik (ayat 4-9).
Kalau terhadap dunia yang liar dan ganas serta sesama manusia berdosa saja kita tidak berdaya mengendalikannya, bagaimana mungkin kita bisa menantang Allah. Akan tetapi, seringkali itulah yang kita lakukan. Bersama Ayub kita patut menutup mulut kita sebagai tanda sikap hormat kita kepada-Nya dan kembali memercayakan hidup kita ke tangan Allah yang adil dan berkuasa.
Menyerah kepada Allah. Bagian pendahuluan pembicaraan ini (ayat 1-4) merupakan pengulangan dari 38:1-3, namun dengan perbedaan-perbedaan yang berarti. Allah masih berbicara dalam badai, tetapi Ia tidak lagi menganggap Ayub tidak tahu (ayat 3), sebagaimana dalam 38:2. Allah kini berurusan langsung dengan tuduhan Ayub karena Ayub ingin memasukkan-Nya ke bui. Ayat-ayat ini begitu jelas menggunakan istilah-istilah dalam pengadilan: pengadilan, menyalahkan, membenarkan. Tidak ada area netral: ini adalah masalah benar atau salah. Kata-kata Allah dalam kata ganti orang ke-3 (ayat 4) menunjukkan bahwa Allah menangani kasus-Nya dengan menunjukkan kekuasaan-Nya yang tidak terbatas, bukan dengan membela diri. Dengan kata lain, yang berkuasa, Dialah yang benar.
Namun, selanjutnya Yahweh juga mengambil posisi moral (ayat 5-9). Secara tidak langsung, dinyatakan bahwa hanya Allah yang memiliki kuasa untuk menundukkan kejahatan dalam masyarakat manusia. Jika Allah memang gagal untuk menyatakan keadilan, apalagi gagal bersikap adil, kini Ayub ditantang untuk menyatakan, dan melakukan apa yang telah "gagal" dilakukan Allah. Jika Ayub mampu melakukan hal itu, dan tentu saja ia tidak bisa, maka Allah akan memuji dia (ayat 9). Bagian ini menyatakan sekali lagi kuasa Allah yang berhak menghakimi manusia yang bisa keliru, sekaligus menunjukkan ketidakmampuan Ayub.
Bagian selanjutnya menggambarkan kuda Nil (Behemoth) (ayat 10-19) dan buaya (Lewiatan) (ayat 40:10-41:25) yang diciptakan Yahweh. Tidak jelas binatang macam apa mereka ini. Ada yang menganggap mereka hanya binatang mitos, tetapi mereka digambarkan jelas di mata Ayub sebagai makhluk-makhluk ciptaan Yahweh yang mengagumkan (ayat 10). Bagian ini menggambarkan tentang Behemoth yang menyerupai kuda Nil. Ia kuat dan besar, serta memakan tumbuh-tumbuhan (ayat 10), juga hidup di sungai - tetapi sebenarnya bisa juga berarti makhluk daratan. Binatang yang luar biasa ini tunduk kepada kuasa Allah.
Renungkan: Menyerah kepada Allah di dalam misteri jauh lebih sulit daripada menyerah di dalam pengetahuan. Inilah iman.
Comments
Post a Comment