Nehemia 9 (MAD2T*Pagi*07 Maret*Tahun 2)
Nehemia 9
Penjelasan Singkat
Puasa yang khidmat dimaklumkan
Isi Pasal
Umat berdoa dan berpuasa. Pengakuan para imam dan orang Lewi.
Judul Perikop
Pengakuan dosa dan permintaan doa (9:1-37)
Piagam perjanjian (9:38--10:39)
Tafsiran: Doa dan firman adalah dua dasar pertumbuhan iman Kristen yang tidak tergantikan. Dengan membaca firman Tuhan maka gereja dan umat Tuhan mengenal kehendak Tuhan untuk diterapkan dalam hidup mereka. Melalui doa, Tuhan menyatakan kuasa-Nya sehingga memampukan setiap anak Tuhan melakukan kehendak-Nya. Kebaikan Tuhan merupakan dasar dan alasan umat berdoa.
Bagi umat Israel, kebaikan Allah tak perlu dipertanyakan lagi. Sejak awal, Allah pencipta dan pemilik alam semesta (Nehemia 9:6) telah memilih dan mengikatkan perjanjian kekal dengan nenek moyang Israel (Nehemia 9:7-8). Kesetiaan Allah terhadap umat-Nya sepanjang sejarah inilah inti doa Israel. Saat umat diperbudak di Mesir, Allah membangkitkan Musa untuk menolong mereka keluar dari perbudakan itu dan membawa mereka ke Tanah Kanaan, tanah yang dijanjikan-Nya kepada nenek moyang mereka untuk mereka miliki. Perjalanan padang gurun bukan perjalanan yang mudah, tiap saat mereka diperhadapkan dengan musuh yang mau menghancurkan mereka. Namun kesetiaan-Nya tidak pernah berkurang dan kekuatan-Nya tidak pernah memudar sehingga semua musuh dikalahkan. Bukan hanya Allah memimpin dengan keperkasaan-Nya, Dia pun menurunkan Taurat sebagai tuntunan cara hidup umat yang berkenan kepada-Nya, ketika kelak mereka sudah menikmati Tanah Perjanjian (Nehemia 9:13-14).
Mengingat kembali kebaikan Tuhan di masa lampau menjadi pembangkit keinsyafan akan kegagalan-kegagalan dan ketidaksetiaan kita. Tidak pernah ada masa dalam hidup kita ketika Tuhan lupa atau ingkar janji, maka seharusnya juga tidak ada alasan kita bertahan dalam kegagalan dan ketidaksetiaan.
Renungkan: Jauh melampaui langit dan bumi yang tak berubah adalah kesetiaan Allah yang tak lekang oleh waktu. Apakah kenangan akan kebaikan-Nya mendorong kita mendekat kepada Allah justru saat kita gagal dan jatuh?
Umumnya kita cenderung melupakan atau mengubur kekurangan dan kesalahan kita di masa lampau. Kita mungkin beranggapan bahwa masalah-masalah dan kegagalan-kegagalan di masa lampau bukan untuk diungkit-diungkit, tetapi untuk dilupakan. Akan tetapi, apakah dengan menguburnya lalu masalah dan kegagalan jadi selesai? Atau bukankah justru hanya dengan mengingat, meyakini, dan membereskannya di hadapan Tuhan maka kegagalan itu baru dapat diubahkan Tuhan.
Memang malu, saat umat Tuhan mengingat ulang sejarah mereka. Sejak Tuhan menyelamatkan mereka dari perbudakan Mesir dan membawa mereka ke Tanah Perjanjian, bahkan sampai masuk dan menetap di sana, telah berulang kali dan dengan berbagai cara, umat Israel berkhianat kepada Tuhan (Nehemia 9:16-25). Padahal berulang kali Ia membela dan menolong mereka dari para musuh. Walaupun Tuhan terus menerus membangkitkan nabi-nabi-Nya untuk menegur kesalahan dan mendorong pertobatan umat bahkan mengancamkan hukuman bagi umat, mereka tak kunjung sungguh bertobat (Nehemia 9:30). Mereka justru membunuh para utusan Tuhan tersebut (Nehemia 9:26).
Kini umat Israel pascapembuangan mengakui satu per satu kegagalan para pendahulu mereka (Nehemia 9:33). Sekaligus mereka juga mengingat kembali kasih setia Tuhan yang melampaui semua kejahatan umat-Nya (Nehemia 9:19, 31). Tuhan memang menghukum, bahkan dengan sangat dahsyat, tapi itu dilakukan-Nya karena Ia mengasihi mereka (Nehemia 9:27-30).
Kebangunan rohani sejati menghasilkan reformasi rohani total yang berdampak praktis dalam kehidupan umat Allah sekaligus mendorong mereka untuk bertindak konkrit. Bangsa Israel telah siap mengikat perjanjian yang baru, menandatangani komitmen tertulis bahwa mereka akan melakukan semua firman-Nya (Nehemia 9:38 - 10:28). Tindakan ini penting dilakukan sebagai tanda pertobatan sejati dan tanda pulihnya hubungan Allah dan manusia. Isi dokumen yang ditandatangani menyatakan secara khusus kesalahan-kesalahan yang harus mereka perbaiki (Nehemia 10:29-39). Karena itu reformasi mempunyai pengertian pengakuan kesalahan dan kelemahan dilanjutkan dengan komitmen untuk memperbaikinya. Karena itulah pengikatan perjanjian yang dilakukan oleh bangsa Israel ini merupakan tindakan yang sangat serius. Sebab kata `mengikat perjanjian' berasal dari kata Ibrani 'brit' yang mempunyai arti sebuah kontrak.
Keseriusan melakukan reformasi terlihat dari tekad mereka tidak hanya memberikan komitmen secara umum tetapi juga komitmen secara khusus. Secara umum mereka berkomitmen untuk hidup menurut hukum Allah dan tetap mengikuti dan melakukan segala perintah-Nya (Nehemia 10:29). Komitmen khusus apakah yang mereka janjikan kepada Allah (Nehemia 9:30-39)? Hampir semua komitmen khusus mereka terfokus pada kehidupan ibadah kepada Allah. Ini tidak berarti kehidupan sosial tidak penting. Hal ini menunjukkan keyakinan mereka bahwa kehidupan ibadah merupakan dasar bagi kehidupan sosial. Jika hubungan dengan Tuhan beres, hubungan dengan sesama pasti mengalami hal yang sama.
Renungkan: Kebangunan rohani sejati membuahkan reformasi sejati yang akan menghasilkan komitmen yang melandasi kehidupan sosial manusia.
Komitmen apa yang akan Anda lakukan agar kehidupan sosial Anda semakin mencerminkan kehendak Tuhan?
Comments
Post a Comment