Ayub 2 (MAD2T*Mlm*15 Maret*Tahun 2)

Ayub 2

Penjelasan Singkat
Ayub ditimpa bisul

Isi Pasal
Ayub berada dalam cengkeraman Setan. Keluarga, kekayaan dan kesehatan lenyap. Tiga temannya.

Garis Besar
2:1 Setan datang lagi di hadapan TUHAN, mendapat ijin lebih jauh untuk mencobai Ayub.
2:7 Dia membuatnya menderita dengan barah yang busuk.
2:9 Ayub menegur istrinya, yang menyuruhnya mengutuki Allah.
2:11 Tiga temannya menghibur dia dalam keheningan.

Tafsiran: Tampaknya Iblis masih belum puas bila belum mendengar kata hujatan terhadap Tuhan keluar dari mulut Ayub. Sebab itu ia masih menggugat Ayub di hadapan Tuhan. Menurut Iblis, meskipun Ayub kehilangan harta benda dan anak-anaknya, toh dia masih segar bugar. Orang pasti rela kehilangan apa saja asalkan dirinya aman dan nyaman (Ayub 2:4-5). Lalu atas seizin Tuhan, Ayub pun tertimpa barah dari ujung rambut sampai ujung kakinya (Ayub 2:7).

Iblis tidak dapat melakukan sesuatu apapun tanpa seizin Tuhan. Pada bagian ini, tidak terlihat adanya komentar Ayub atas penyakit yang menimpa dia.

Namun sakit yang diderita Ayub membangkitkan komentar negatif dari istri Ayub (Ayub 2:9). Mengalami datangnya penderitaan yang bertubi-tubi, mungkin membuat istri Ayub merasa bahwa Tuhan telah berlaku tidak adil terhadap Ayub. Sebagai istri, ia tahu benar bahwa suaminya memiliki kehidupan yang saleh, karena itu sepatutnya Ayub menerima upah atas kesalehannya. Ini justru sebaliknya, Ayub seolah-olah telah melakukan dosa mahaberat sehingga ia menerima ganjaran yang begitu mengerikan. Bukankah sewajarnya jika Ayub mengutuki Tuhan yang demikian?

Akan tetapi, bukan demikian cara pandang Ayub terhadap semua penderitaan yang dia alami. Meskipun ia tidak memahami mengapa ia harus mengalami tragedi itu, ia tidak mau berdosa terhadap Tuhan. Maka penderitaan Ayub menghasilkan penyerahan hidup yang indah kepada Tuhan (Ayub 2:10). Ia tetap beriman kepada Allah meskipun tidak memperoleh imbalan atas imannya itu.

Respons Ayub menunjukkan bahwa pandangan Iblis terbukti salah. Dasar hubungan Tuhan dengan manusia bukanlah balas jasa, di mana perbuatan baik akan menghasilkan kemakmuran dan perbuatan buruk akan mendatangkan hukuman.

Oleh sebab itu, cara pandang kita pun seharusnya berubah: jangan beriman dengan pamrih! Jalanilah kehidupan beriman dengan keyakinan penuh bahwa Tuhan berkuasa atas hidup kita sehingga apa pun yang terjadi atas hidup kita, Ia tetap memegang kendali.

Kata-kata hiburan yang terlalu cepat diucapkan, tidak akan terlalu menolong. Kesalahan seperti ini banyak kita lihat dalam adegan-adegan film seperti ketika orang menderita sakit berat, atau mengalami kecelakaan, sering orang lain menghibur dengan ucapan: "Tidak usah kuatir. Segalanya akan beres. Engkau tidak akan mengalami masalah berat." Maksud ucapan penghiburan itu mungkin baik, tetapi sayang orang bermasalah berat tidak akan ditolong hanya dengan simpati.

Seorang perempuan misionari berusia setengah baya tiba-tiba mengalami depresi berat. Ia beroleh panggilan untuk melayani Tuhan penuh waktu belum berapa lama. Sesudah mengalami pembaruan hidup ia merasakan panggilan Allah. Tetapi mengapa kini di tengah ia menjawab panggilan itu, ia depresi? Selidik punya selidik, ternyata akar masalahnya ada di masa kecilnya. Ketika masih usia belia, ia diperkosa berulangkali oleh kakeknya sendiri. Luka batin dahsyat itu mendadak pecah. Bagaimana konselor menolongnya menjalani pemulihan diri? Tidak dengan simpati gampangan tetapi dengan empati. Ketika perempuan itu dengan pedih menangis pilu, "Di manakah Allah ketika kakekku merejang memperkosaku?" Si konselor menjawab singkat dengan nada lirih, "Ia di kamar itu juga bersamamu, menanggung derita tak terperi."

Empati sarat pemahaman teologis itu berhasil mendukung perempuan itu bangkit dari kehancurannya tentu masih diikuti oleh perjuangan panjang dan berat. Mengapa empati seperti yang diungkapkan Elifas, Bildad, dan Zofar adalah sikap yang paling tepat? Dengan menghibur dan mengucapkan kata-kata menguatkan, orang memposisikan diri lebih daripada yang dihibur. Dengan menangis, mengoyakkan baju, membisu, teman-teman Ayub memposisikan diri serendah dasar terdalam jurang derita temannya itu. Hanya ketika orang yang menderita memiliki orang lain yang sepenanggungan, ia akan sungguh tertolong.

Ingat: Satu-satunya yang mengerti penuh derita manusia adalah Kristus, sebab Ia menjadi manusia, dicobai dalam segala perkara, mati dan bangkit bagi kita. Bagikan empati Kristus itu melalui hidup Anda.

Comments

Popular posts from this blog

2 Tawarikh 23 (MAD2T*Pagi*19 Feb*Tahun 2)

2 Raja-Raja 25 (MAD2T*Pagi*23 Jan*Tahun 2)

1 Tawarikh 7 (MAD2T*Pagi*27 Jan*Tahun 2)