Ayub 1 (MAD2T*Pagi*15 Maret*Tahun 2)

Ayub 1

Penjelasan Singkat
Kehilangan Ayub dan pencobaan

Isi Pasal
Keluarga Ayub dan kesalehan mereka. Tantangan Setan dan malapetaka yang menimpa Ayub.

Judul Perikop
Kesalehan Ayub dicoba (1:1--2:13)

Tafsiran: Salah satu harapan manusia adalah mencapai kesempurnaan hidup dengan ukuran umum: kaya raya, baik hati, dan memiliki anak laki-laki dan perempuan. Dapat dikatakan bahwa Ayub telah mencapai kesempurnaan hidup menurut ukuran demikian. Malah ia bukan sekadar baik hati, ia juga jujur, takut akan Allah dan menjauhi kejahatan (Ayub 1:1). Ia juga orang terkaya di wilayah timur.

Hampir menjadi anggapan umum bahwa kekayaan tidak berbanding lurus dengan kesalehan dan kejujuran, sebab orang jujur dianggap sulit untuk menjadi kaya. Lagi pula kekayaan dianggap bersifat tidak netral karena dapat membawa hati manusia menjauhi Allah. Dengan melihat kehidupan Ayub, dapat kita katakan bahwa kekayaan bukanlah dosa dan bisa diperoleh bukan dengan jalan dosa, karena kekayaan adalah berkat Tuhan juga.

Namun, kesibukan dan waktu yang tersita untuk bekerja memperoleh kekayaan bukanlah alasan bagi orang tua untuk tidak memberikan waktu dan perhatian bagi anak-anak. Dalam bacaan ini kita mendapatkan informasi bahwa Ayub memiliki tujuh anak laki-laki dan tiga anak perempuan, yang hidup dengan rukun. Meskipun dari kekayaannya kita dapat memperkirakan Ayub sebagai seorang pebisnis yang super sibuk, Ayub tidak melupakan tugasnya sebagai seorang ayah. Ia sangat memperhatikan kehidupan anak-anaknya. Maka ketika mereka usai mengadakan pesta, Ayub bertindak sebagai seorang imam yang memohon pengampunan Allah atas dosa-dosa yang mungkin saja mereka lakukan saat berpesta.

Ayub adalah teladan yang sangat baik bagi orang tua, terutama yang memiliki anak yang beranjak dewasa dan melangkah ke dunia luas. Dalam usia seperti itu, anak tidak bisa lagi dinasihati seperti ketika mereka masih kecil. Mereka sudah memiliki keinginan dan pertimbangan sendiri. Maka yang dapat dilakukan orang tua adalah dengan membawa mereka di dalam doa kepada Allah. Mereka mungkin saja berada di luar jangkauan Anda, tetapi dengan iman dan doa Anda dapat mempercayakan mereka ke dalam tangan Allah yang kuat.

Dalam pandangan Iblis, kesalehan manusia bagaikan omong kosong. Bagi Iblis, manusia hanya taat kepada Allah karena ada pamrih, yaitu bila mendapatkan segala sesuatu yang dia inginkan. Bila tidak, tentu manusia tidak akan menyia-nyiakan waktunya bagi Allah. Pandangan tersebut kemudian diajukan Iblis kepada Allah sebagai gugatan untuk mencabut semua "fasilitas kelas satu" yang sudah dimiliki Ayub sebagai sebuah ujian bagi iman Ayub. Dan Allah setuju (Ayub 1:6-12).

Dalam waktu yang hampir bersamaan, Ayub kehilangan seluruh miliknya. Ribuan hewan ternaknya dirampas (Ayub 1:13-17). Seolah masih belum cukup, kesepuluh anaknya tewas secara mengenaskan dalam bencana saat mereka berpesta (Ayub 1:18-19). Siapakah orang yang tak hancur hati mengalami situasi demikian? Katakanlah harta masih dapat dicari, tetapi anak-anak yang selama ini begitu dia kasihi? Maka tak heran bila Ayub mengoyak jubah dan mencukur kepala sebagai tanda duka citanya (Ayub 1:20).

Mari kita kembali pada gugatan Iblis terhadap Ayub. Dalam masalah berat yang Ayub hadapi, adakah ia meninggalkan Allah? Ayat 22 jelas menyatakan bahwa "Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut."

Cara pandang manusia terhadap kepemilikan sangat berpengaruh terhadap respons ketika miliknya itu diambil. Tentu tak salah bila kehilangan harta benda bagai sebuah pukulan, atau kehilangan anggota keluarga bagai rusaknya tatanan hidup, dan kehilangan keduanya bagai langit runtuh. Ayub sendiri berduka dan ia jelas menyatakan perasaan dukanya. Namun imannya merespons secara mengagumkan. Ayub sadar bahwa semua yang ia miliki adalah pemberian Tuhan dan karena itu, ia patut menerima bila Tuhan ingin mengambil semua itu kembali (Ayub 1:21).

Sampai sedemikian dalamkah pemahaman kita akan segala sesuatu yang kita miliki? Bila Tuhan mengambil semuanya sekaligus, bagaimana kira-kira respons Anda? Akankah Anda berkata, "Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan"?

Comments

Popular posts from this blog

2 Tawarikh 23 (MAD2T*Pagi*19 Feb*Tahun 2)

2 Raja-Raja 25 (MAD2T*Pagi*23 Jan*Tahun 2)

1 Tawarikh 7 (MAD2T*Pagi*27 Jan*Tahun 2)