2 Tawarikh 32 (MAD2T*Mlm*23 Feb*Tahun 2)

2 Tawarikh 32

Penjelasan Singkat
Kematian Hizkia

Isi Pasal
Penyerbuan oleh Sanherib. Pasukannya dikalahkan sebagai jawaban doa.

Judul Perikop
Yerusalem dikepung oleh Sanherib (32:1-19)
Yerusalem luput dari tangan Sanherib (32:20-23)
Tahun-tahun terakhir dari pemerintahan Hizkia (32:24-33)

Tafsiran: Ada orang yang lemah iman justru ketika ia menghadapi masalah. Padahal masalah justru bisa menjadi batu uji kesejatian iman.

Setelah menunjukkan kasih kepada Allah melalui reformasi yang dilakukan, Hizkia menghadapi ujian iman. Batu ujinya adalah Sanherib, raja Asyur (2 Tawarikh 32:2). Mengetahui bahwa Asyur akan menyerbu Yerusalem, Hizkia dan para panglima perangnya mengatur strategi (2 Tawarikh 32:3): menutup mata air dan sungai agar pasukan musuh tidak mendapat pasokan air (2 Tawarikh 32:3-4); membangun tembok dan menara (2 Tawarikh 32:5); memproduksi senjata dalam jumlah besar (2 Tawarikh 32:5); dan mengangkat panglima-panglima untuk memimpin rakyat berperang (2 Tawarikh 32:6). Lalu Hizkia menyampaikan pidato yang menguatkan rakyatnya agar mereka yakin bahwa Allah ada di pihak mereka (2 Tawarikh 32:7-8). Nyata kemudian bahwa pidato Hizkia tepat diucapkan saat itu karena kemudian Sanherib melakukan perang urat syaraf untuk menjatuhkan semangat rakyat Yehuda (2 Tawarikh 32:9-19).

Bagaimana Hizkia menanggapi hal itu? Hizkia dan Yesaya sadar benar bahwa kekuatan bangsa Yehuda hanya ada pada Allah (2 Tawarikh 32:20). Meski musuh punya bala tentara dan senjata tak terbilang, mereka percaya bahwa kuasa Allah melebihi semua itu. Lagi pula Sanherib telah melakukan kesalahan fatal. Ia menyamakan Allah Yehuda dengan allah bangsa-bangsa lain yang tak mampu menyelamatkan umat yang menyembah dia (2 Tawarikh 32:13-14, 19). Atau dengan kata lain, Sanherib menyatakan bahwa kuasa Allah Yehuda ada di bawah dia. Akibatnya, ia harus berhadapan dengan bala tentara surga, utusan Allah. Dan mempertegas kefanaan allahnya, Sanherib dibunuh oleh anak-anaknya sendiri di rumah allahnya.

Betapa memalukan hidup orang yang menghina Allah Yehuda, betapa tragis hidup orang yang tidak percaya pada kuasa-Nya. Walau tidak separah Sanherib, adakah ketidakpercayaan terhadap kuasa Allah terselip di hati kita? Atau kita seperti Hizkia dan Yesaya, yang memercayakan diri sepenuhnya kepada Allah. Dan terbukti, Allah bertindak!

Ujian iman dapat menarik keluar semua karakter asli dalam diri seseorang. Tak ada topeng yang dapat menutup-nutupi isi hati yang sesungguhnya ketika orang bereaksi spontan terhadap ujian yang harus dia hadapi.

Hizkia telah melakukan reformasi dalam hal peribadatan di rumah Allah. Ia juga menunjukkan kepercayaan kepada Allah saat harus menghadapi Sanherib, raja Asyur. Namun kelemahan datang memunculkan diri tanpa disadari. Hizkia jadi angkuh dan tidak berterima kasih atas kebaikan yang dia terima. Maka Tuhan menjatuhkan murka-Nya (2 Tawarikh 32:25). Namun Hizkia kemudian menyadari dosanya. Sebagai tindakan pertobatan, ia merendahkan diri di hadapan Tuhan, bersama penduduk Yerusalem (2 Tawarikh 32:26). Murka Tuhan lalu surut.

Batu uji selanjutnya datang ketika raja-raja Babel datang mengunjungi Hizkia. Kitab 2 Tawarikh memang tidak memaparkan apa yang terjadi sesungguhnya. Namun dari kitab 2 Raja-raja kita menemukan bahwa saat itu Hizkia memamerkan kekayaannya kepada raja-raja asing tersebut (2 Tawarikh 32:2Raj. 20: 12-21). Yang menarik, disebutkan bahwa waktu itu Allah membiarkan Hizkia bertindak sendiri, agar Dia dapat menguji kedalaman hati Hizkia (2 Tawarikh 32:31). Sayangnya Hizkia tak lulus ujian. Pamer kekayaan itu tidak melahirkan kebanggaan Hizkia akan Allah. Yang muncul justru kesombongan, seolah dialah pemilik semua kekayaan itu. Raja, yang telah memimpin rakyatnya kembali kepada pembaruan iman, ternyata menjadi lemah iman karena kesuksesan yang dia raih. Di puncak keberhasilannya sebagai seorang raja, ia tergelincir justru karena keberhasilannya itu. Ini menjadi peringatan bagi kita.

Kesombongan adalah sikap yang muncul dari anggapan bahwa kesuksesan dan kekayaan diraih karena kemampuan kita, bukan karena anugerah dan campur tangan Allah. Kita dapat disebut sombong bila sudah merasa diri "lebih" bila dibandingkan orang lain. Maka mari menyelisik ke dalam hati kita, adakah benih-benih kesombongan mulai tersemai di dalamnya? Jika ya, mohonlah pengampunan Allah.

Comments

Popular posts from this blog

2 Tawarikh 23 (MAD2T*Pagi*19 Feb*Tahun 2)

2 Raja-Raja 25 (MAD2T*Pagi*23 Jan*Tahun 2)

1 Tawarikh 7 (MAD2T*Pagi*27 Jan*Tahun 2)