2 Raja-Raja 4 (MAD2T*Mlm*12 Jan*Tahun 2)
2 Raja-raja 4
Penjelasan Singkat
Minyak seorang janda yang tidak habis-habis
Isi Pasal
Bertambahnya minyak janda. Perempuan Sunem dan putranya dibangkitkan. Racun dalam kuali ditawarkan. Seratus orang diberi makan.
Judul Perikop
Minyak seorang janda (4:1-7)
Perempuan Sunem dengan anaknya (4:8-37)
Maut dalam kuali (4:38-41)
Memberi makan seratus orang (4:42-44)
Tafsiran: Penulis Ibrani dalam pasal 11:1 mengatakan bahwa iman adalah dasar dan bukti dari segala harapan yang kelak akan kita dapatkan. Artinya, iman itu bersifat konkret, terukur, dan dapat diwujudkan. Tindakan atau perbuatan itulah yang membuat iman bukan konsep abstrak maupun angan-angan, melainkan sesuatu yang dapat dibuktikan keberadaannya.
Kali ini Elisa harus mengatasi problem seorang janda miskin. Sejak kematian suaminya, yang adalah seorang nabi, ia meninggalkan hutang yang banyak kepada istrinya. Selain itu, kondisi keluarga ini semakin terpuruk secara ekonomi. Belum lagi ditambah tenggat waktu melunasi hutang semakin dekat. Ancaman rentenir adalah dua anak laki-laki janda itu akan dijadikan budak (1b). Hal ini memilukan hati si janda sebagai seorang ibu. Namun ia tetap bertahan dalam iman bahwa Allah pasti menolongnya. Itu sebabnya ia datang kepada nabi Elisa meminta pertolongan (1a).
Ternyata Elisa mengenal keluarga janda ini sebagai orang saleh dan takut akan Allah. Sudah menjadi kewajiban nabi Allah menolong keluarga rekan seprofesi sebagai bentuk solidaritas. Sebab itu, Elisa bertanya apakah ada barang berharga yang masih bisa dijual (2 Raja-Raja 4:2). Satu-satunya yang dimiliki si janda hanyalah sebuah buli minyak urapan yang tidak berharga. Elisa menyuruh janda ini meminta dan mengumpulkan sebanyak mungkin bejana kepada siapa saja (2 Raja-Raja 4:3).
Dalam ketidaktahuannya, janda ini patuh melakukan segala instruksi Elisa. Saat ia menaatinya, Allah membuat semua orang bermurah hati kepada si janda ini. Banyak bejana yang berhasil diperolehnya. Setelah itu, Allah memakai buli-buli itu mengeluarkan minyak dan mengisi semua bejana kosong yang telah dikumpulkan si janda itu (2 Raja-Raja 4:4-6). Saat buli-buli dijual, hasilnya cukup membayar hutang dan menghidupi masa depan keluarga tersebut. Di sini kita melihat bagaimana buli-buli yang tidak bernilai dipakai Allah menyelamatkan dan memelihara hidup keluarga janda ini (2 Raja-Raja 4:7).
Iman membutuhkan tindakan konkret. Tanpa menjalani apa yang diimani, mustahil harapan kita menjadi kenyataan.
. Pelayanan Elisa di kalangan masyarakat Israel terus berlanjut. Kali ini ia bertemu dengan seorang perempuan kaya, yang mampu memberi makan Elisa setiap kali Elisa melakukan perjalanan. Ia bahkan mampu membuatkan sebuah kamar batu lengkap dengan perabotannya. Dari apa yang ia lakukan, tidak hanya membuktikan bahwa ia kaya, namun juga baik hati dan penuh perhatian terhadap kepentingan orang lain.
Keadaan perempuan itu menunjukkan bahwa seakan-akan ia tidak membutuhkan apa-apa lagi. Ia tidak membutuhkan pertolongan orang lain, dan tidak kekurangan apa pun. Itulah sebabnya ketika Elisa bertanya "Apakah yang dapat kuperbuat bagimu?", perempuan itu menjawab "Aku ini tinggal di tengah-tengah kaumku" yang artinya, aku ini sudah cukup dan tidak kekurangan sesuatu pun. Apakah benar bahwa ia tidak memerlukan apa pun dari Elisa yang mewakili Allah? Ternyata tidak! Masih ada yang ia butuhkan yang ia sendiri tidak mungkin dapat memenuhinya, yaitu seorang anak, karena suaminya sudah tua. Gehazi, abdi Elisa, dengan jeli melihat kebutuhan perempuan itu - suatu kebutuhan yang oleh perempuan kaya itu sendiri sudah dilupakan atau tidak diakuinya lagi.
Allah melalui hamba-Nya, Elisa, memenuhi kebutuhan perempuan itu walaupun pada mulanya perempuan itu meragukannya. Ketika anaknya yang sudah besar itu mati mendadak, barulah perempuan kaya itu menyadari bahwa ada kebutuhan dalam dirinya yang tidak mungkin dipenuhi oleh dirinya sendiri. Oleh karena itu ia pun datang kepada 'pihak' yang tepat yaitu Allah melalui hamba-Nya, Elisa. Karena dahulu Allahlah yang membuat sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin. Kini ketika anaknya mati, walaupun nampaknya tidak mungkin, ia akan minta supaya anaknya dihidupkan kembali. Dan memang benar anaknya hidup kembali. Mukjizat melalui Elisa menegaskan bahwa Allahlah Sang Pemberi dan Penguasa hidup, dan inilah yang paling dibutuhkan oleh perempuan Sunem yang secara materi tidak kekurangan apa pun.
Renungkan: Masih banyak jiwa seperti perempuan Sunem yang tidak membutuhkan apa pun, namun membutuhkan kehadiran Sang Pemberi dan Penguasa hidup yaitu Yesus Kristus. Kita bisa berperan seperti Gehazi jika tidak mempunyai kemampuan berperan seperti Elisa.
Bila Kristen masa kini ditanya: "Mengapa kamu yakin bahwa Allah akan memelihara kamu melalui segala kesulitan?" Jawabannya dapat bermacam-macam. Namun bila pertanyaan ini kita tujukan kepada Elisa, maka jawabannya adalah "Sejarah sudah membuktikan bahwa Allah senantiasa memelihara hamba-Nya, dan tentunya juga akan memelihara aku."
Jawaban Elisa ini merupakan dasar bagi sikap dan tindakan dia ketika menghadapi kelaparan yang melanda Gilgal, sementara itu serombongan nabi datang menemuinya. Dia tidak bingung, panik, atau cemas menghadapi situasi demikian. Sebaliknya, ia malah menyuruh bujangnya untuk menaruh kuali yang paling besar dan memasak sesuatu dalam jumlah besar. Dalam situasi normal, permintaan Elisa bukanlah perkara yang besar, namun dalam keadaan kelaparan melanda seluruh negeri maka permintaan Elisa bukanlah perkara kecil. Lalu ketika bujangnya mengumpulkan sulur-suluran dan labu liar - tanaman yang tidak mereka kenal, Elisa pun tidak menolak. Bahkan ketika para nabi berteriak-teriak karena tanaman itu beracun, Elisa dengan tenangnya meminta tepung dan melemparkannya ke dalam kuali sehingga makanan yang beracun itu menjadi tawar dan enak!
Sikap dan tindakan Elisa ini pasti berdasarkan pemeliharaan Allah terhadap Elia melalui burung gagak, seekor binatang yang nampaknya tidak mungkin berguna bagi manusia. Tanaman liar dan beracun yang nampaknya tidak mungkin berguna bagi manusia tentunya dapat dipergunakan Allah untuk memelihara hamba-Nya. Demikian juga peristiwa memberi makan 100 orang adalah mirip dengan peristiwa dimana Elia dipelihara melalui janda Sarfat. Elisa yakin bahwa Allah berbuat seperti yang pernah diperbuat-Nya kepada hamba-Nya Elia. Elisa melihat sejarah sebagai bukti bahwa Allah peduli dan sanggup memelihara umat-Nya, dan berdasarkan sejarah itu pula maka Elisa mempunyai keyakinan yang teguh untuk melandasi sikap dan tindakannya.
Renungkan: Alkitab penuh dengan fakta sejarah. Allah telah membuktikan bahwa Ia peduli dan sanggup memelihara umat-Nya sepanjang zaman. Seharusnya kita pun mempunyai keyakinan seperti Elisa di dalam menghadapi segala ancaman dan kesulitan yang mengelilingi kita, karena keyakinan inilah yang akan melandasi sikap dan tindakan kita.
Comments
Post a Comment