2 Raja-Raja 24 (MAD2T*Mlm*22 Jan*Tahun 2)
2 Raja-raja 24
Penjelasan Singkat
Yoyakim dibawa ke pembuangan
Isi Pasal
Yoyakim membayar upeti kepada Nebukadnezar. Pemerintahan Yoyakim,Yoyakhin, dan Zedekia. Pembuangan ke Babel.
Judul Perikop
Yoyakhin, raja Yehuda (24:8-17)
Zedekia, raja Yehuda -- Runtuhnya kerajaan Yehuda (24:18--25:21)
Tafsiran: Hidup ini penuh dengan misteri. Salah satu hal yang tidak dapat kita mengerti adalah mengapa orang tua yang sangat baik bisa menghasilkan anak yang jahat, dan mengapa orang tua yang sangat jahat bisa menghasilkan anak yang baik. Kisah dalam kehidupan raja-raja Yehuda penuh dengan "misteri" demikian, termasuk kisah Yosia dan anak-anaknya.
Setelah Firaun Nekho membunuh Yosia, maka rakyat Yehuda mengangkat Yoahas (anak Yosia) menjadi raja (2 Raja-Raja 23:30). Tetapi, Firaun Nekho menggantikan Yoahas dengan Elyakim (anak Yosia yang lain) dan menggantikan namanya dengan Yoyakim (2 Raja-Raja 23:34). Kemudian kerajaan Babel menaklukkan Yoyakim, setelah Babel mengalahkan Mesir. Setelah tiga tahun membayar upeti kepada Babel, Yoyakim mencoba memberontak dan melepaskan diri dari Babel (2 Raja-Raja 24:1). Babel, dan bangsa-bangsa yang lain (Kasdim, Aram, Moab, dan bani Amon) menyerang Yehuda, dan pada saat penyerangan tersebut Yoyakim mati (2 Raja-Raja 24:6). Yoyakim kemudian digantikan oleh anaknya Yoyakhin. Lalu raja Nebukadnezar menyerang Yerusalem, menangkap Yoyakhin, dan membuangnya ke Babel (2 Raja-Raja 24:15). Nebukadnezar mengangkat Matanya (paman Yoyakhin, anak Yosia yang lain) menjadi raja, dan mengganti namanya menjadi Zedekia (2 Raja-Raja 24:17).
Dalam waktu yang relatif singkat (sekitar 12 tahun), tiga anak Yosia menjadi raja (Yoahas, Yoyakim, dan Zedekia yang menggantikan Yoyakhin), dan seorang cucu Yosia menjadi raja (Yoyakhin). Sangat disayangkan bahwa semua anak Yosia, termasuk cucunya, disebut "melakukan apa yang jahat di mata TUHAN" (2 Raja-Raja 23:32, 37; 24:9, 19). Sepertinya teladan Yosia yang berbalik kepada TUHAN tidak berdampak langsung kepada keturunannya.
Kesimpulannya, tidak secara otomatis orang tua yang takut akan Tuhan dapat menghasilkan anak yang takut akan Tuhan. Marilah kita bersyukur dan melihatnya sebagai anugerah yang luar biasa jika anak-anak kita dapat bertumbuh sebagai orang percaya yang mencintai Tuhan. [IT]
Tahukah Anda arti pepatah 'keledai tidak akan jatuh di lubang yang sama'? Binatang sebodoh keledai diyakini tidak akan melakukan kesalahan yang sama karena ia dapat dan mau belajar dari kesalahan yang lampau. Manusia, sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling tinggi, mempunyai kepandaian jauh di atas keledai. Dengan kata lain seharusnya manusia tidak akan begitu mudah melakukan kesalahan karena ia dapat berpikir, menganalisa, bahkan mengevaluasi setiap tindakan yang akan dilakukan. Apalagi jika ia sudah dibekali dengan petunjuk dan nasihat.
Zedekia ternyata lebih bodoh dari keledai. Tentunya ia sudah melihat sebuah contoh hidup mengapa Allah menghukum Yoyakim, saudara kandungnya. Namun anehnya, ia mengulangi apa yang Yoyakim lakukan (2 Raja-raja 24:19). Ketika, ia bersekongkol dengan Mesir dan bangsa-bangsa lainnya untuk menentang Babel, bukankah Allah sudah memberikan petunjuk dan nasihat untuk tidak melakukannya (Yer. 27:3-8; Yeh. 17:11-21). Contoh hidup dan petunjuk dari Allah sebenarnya merupakan bekal yang cukup bagi Zedekia untuk tidak melakukan kesalahan. Namun inilah kebodohan Zedekia yang melebihi keledai.
Akibatnya sebagai pribadi ia harus membayar dengan harga yang sangat mahal (2 Raja-raja 24:7). Sebuah pemandangan yang tidak akan pernah ia lupakan selama ia hidup dan sebuah penghukuman yang sangat kejam hingga perlu untuk disebutkan secara khusus dalam kitab tentang raja-raja Israel dan Yehuda. Sebagai bangsa, Yehuda semakin terpuruk dan tersungkur (2 Raja-raja 24:9-17). Yehuda sudah hancur-lebur. Kehidupan sosial, politik, dan ekonomi tidak mungkin dibangun lagi karena yang dibiarkan hidup bukan lagi orang lemah namun orang-orang miskin, itu pun hanya beberapa saja (2 Raja-raja 24:12 bandingkan dengan 24:14). Kalau pun yang tersisa berhasrat bangkit dan mulai membangun dari kehidupan rohani mereka, itu juga tidak mungkin sebab para pemimpin rohani mereka juga dibunuh (2 Raja-raja 24:18-21). Tidak ada yang tersisa. Tidak ada lagi yang berharga.
Renungkan: Bukankah kebodohan Zedekia adalah gambaran kebodohan manusia pada umumnya? Ia dapat dengan mudah ditemukan di sekitar kita atau mungkin dalam diri kita sendiri. Misalnya, tahu narkoba berbahaya tetapi mengapa peminatnya semakin meningkat? Mampukah kita memeranginya?
Comments
Post a Comment