1Raja-Raja 13 (MAD2T*Pagi*06Jan*Tahun 2)
1 Raja-raja 13
Penjelasan Singkat
Tangan Yerobeam kejang
Isi Pasal
Peringatan tentang hukuman bagi penyembahan berhala. Ketidaktaatan dan kematian nabi.
Judul Perikop
Abdi Allah dari Yehuda (13:1-34)
Tafsiran: Yerobeam sudah berhasil selangkah mewujudkan yang Tuhan janjikan kepadanya. Ia menjadi raja atas sepuluh suku Israel, dan Tuhan melindunginya dari serangan Rehabeam dan pasukannya. Seharusnya Yerobeam menggunakan kesempatan ini untuk menyatukan suku-suku Israel agar mereka setia kepada Tuhan dan agar kerajaannya diberkati Tuhan.
Sayang sekali, Yerobeam hanya memikirkan diri sendiri, bukan kepentingan suku Israel, apalagi kemuliaan Tuhan. Ia tahu bahwa kesetiaan sepuluh suku Israel kepadanya belum teguh. Ia sadar bahwa mereka hanya tahu bahwa tempat untuk beribadah kepada TUHAN adalah Bait Allah di Yerusalem. Kalau mereka secara rutin pergi ke Yerusalem (menurut Taurat tiga kali dalam setahun), maka pada akhirnya mereka akan kembali mengabdi kepada Rehabeam (ayat 12:26-27).
Karena Yerobeam tidak ingin kehilangan takhta kerajaan, maka ia membangun berhala-berhala berbentuk lembu emas yang diakuinya sebagai TUHAN Israel di kota-kota perbatasan kerajaan Israel agar rakyat yang dipimpinnya tidak usah ke Yerusalem (ayat 28-29). Ia menciptakan agama politik! Allah melalui hamba-Nya menegur dan menghukum Yerobeam (ayat 13:1-10), sebab Yerobeam menyalahgunakan wewenangnya dan menyebabkan sepuluh suku Israel menyembah berhala.
Kekuasaan dan kemampuan mengendalikan diri sendiri adalah penting dalam kepemimpinan apa pun. Keduanya harus ditundukkan kepada kebenaran Allah bila tidak ingin terjerumus menjadi manipulasi dan lepas kendali.
Tekadku: Aku mau setia melayani Engkau, ya Tuhan. Tolong agar aku menjadi pemimpin yang peduli kepentingan orang lain, bukan kepentinganku sendiri.
Raja Yerobeam terperanjat. Di hadapannya muncul abdi Allah yang menubuatkan kehancuran mezbah yang telah di bangunnya di Betel, untuk menyaingi Bait Suci di Yerusalem. Tak sekadar menubuatkan kehancuran, orang itu juga memperlihatkan tanda: "Bahwasanya mezbah itu akan pecah, sehingga tercurah abu yang di atasnya" (1 Raja-Raja 13:3). Yerobeam kemudian menyuruh orang menangkapnya, tetapi tangan Sang Raja menjadi kaku. Tiba-tiba mezbah pun hancur seperti dikatakan abdi Allah itu.
Abdi Allah itu bermaksud mengingatkan Yerobeam karena telah menyimpang dari tujuan semulanya. Mulanya Yerobeam, yang didukung sepuluh suku Israel, mengkritik Raja Salomo dan anaknya Rehabeam karena telah bertindak menyimpang. Kerajaan Israel pun pecah dua dan Yerobeam menjadi raja di Israel Utara. Untuk melanggengkan kekuasaannya, Yerobeam membuat mezbah dan patung lembu emas agar rakyatnya tidak pergi ke Yerusalem. Dengan cara itu, Yerobeam telah membuat seluruh rakyatnya berdosa.
Hancurnya mezbah tersebut (1 Raja-Raja 13:5), juga kesembuhan tangan Yerobeam (1 Raja-Raja 13:6), sebenarnya cukup menjadi alasan bagi Yerobeam untuk kembali kepada Allah. Namun, Yerobeam tidak mau berubah. Dia bergeming dalam kesalahannya, bahkan berupaya menyogok abdi Allah itu. Namun, abdi Allah itu tetap pada pendiriannya. Sebagai abdi Allah dia tetap ingin mengabdi kepada Allah. Abdi memang harus taat kepada tuannya.
Kedua orang itu memperlihatkan kontras. Abdi Allah menaati Allah. Sedangkan Yerobeam -meski telah ditegur dengan amat keras- tetap pada pendiriannya. Dia tak mau bertobat. Mungkin kekuasaan sebagai raja telah membuatnya buta. Dia merasa diri lebih berkuasa dari siapa pun -juga Allah. Bisa jadi, Yerobeam masih mengakui adanya Allah, tetapi dia tak mau tunduk kepada-Nya. Dia telah mengangkat dirinya sebagai Tuhan.
Kisah Yerobeam masih terjadi hingga hari ini. Tak sedikit orang yang mengakui kemahakuasaan Allah, tetapi tetap saja menolak Allah menjadi Tuhan atas dirinya.
Kita tidak tahu pasti, mengapa abdi Allah dari Yehuda yang bersikukuh tidak mau dijamu Yerobeam, ternyata hatinya luluh dan menerima tawaran makan dan minum dari nabi tua yang tinggal di Betel. Mungkin kita pun akan merasa betapa Allah begitu kejam membiarkan dia dicabik-cabik singa sepulang dari rumah nabi tersebut. Bukankah abdi Allah itu hanya korban dari penipuan yang dilakukan nabi tua itu?
Kita, pembaca masa kini, tidak pernah tahu persis mengapa Allah menghukum abdi Allah itu. Namun, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa panggilan sebagai abdi Allah adalah taat kepada Allah tanpa syarat. Memang, nabi tua itu membujuk dia dengan berkata, "Aku pun seorang nabi juga seperti engkau, dan atas perintah Tuhan seorang malaikat telah berkata kepadaku: Bawa dia pulang bersama-sama engkau ke rumahmu, supaya ia makan roti dan minum air" (1 Raja-Raja 13:18); tetapi sebagai abdi Allah dia hanya boleh menaati perintah langsung dari Allah saja. Mungkin, dia tidak merasa enak hati akan tawaran nabi tua itu, tetapi yang penting bagi Allah adalah ketaatan.
Bagaimanapun juga, meski abdi Allah itu tidak menjalankan tugas keabdiannya dengan baik, nubuat Allah yang disampaikan melaluinya, tetap terlaksana. Itulah kesaksian dari nabi tua. Dan itu memang sungguh terjadi ketika Yosia mengadakan pembaruan kerajaan (1 Raja-Raja 13:2Raj. 22?23).
Di bagian akhir, penulis 1 Raja-raja mencatat: "Sesudah peristiwa ini pun Yerobeam tidak berbalik dari kelakuannya yang jahat itu, tetapi mengangkat pula imam-imam dari kalangan rakyat untuk bukit-bukit pengorbanan. Siapa yang mau saja, ditahbiskannya menjadi imam untuk bukit-bukit pengorbanan" (1 Raja-Raja 13:33). Tersirat emosi penulis larut berkait dengan Raja Yerobeam. Bisa dipastikan Yerobeam juga mendengarkan cara kematian abdi Allah dari Yehuda itu. Sang raja pastilah tahu betapa Allah begitu tegas bertindak terhadap abdi yang sebenarnya merupakan korban penipuan. Sayangnya, Yerobeam tak mau berubah. Dia tetap menyakiti hati Tuhan dengan menerapkan sistem keimaman yang baru. Akibatnya, ia dan keturunannya dimusnahkan. Sayang memang.
Comments
Post a Comment