1 Tawarikh 12 (MAD2T*Mlm*29 Jan*Tahun 2)
1 Tawarikh 12
Penjelasan Singkat
Pasukan yang menolong Daud
Isi Pasal
Pasukan Daud di Ziklag. Para pemimpin yang menjadikan Daud raja.
Judul Perikop
Pengikut-pengikut Daud di Ziklag (12:1-22)
Tentara Daud di Hebron (12:23-40)
Tafsiran: Bagaimana pemimpin bijak memilih para pengikutnya? Tentu salah satu kriteria utama adalah pengikut yang memiliki visi yang sama dengan visi si pemimpin, dan yang setia mendukung pemimpinnya. Begitulah cara Daud memilih pengikut. Perikop ini memperlihatkan dirinya sebagai negarawan dan ahli strategi yang ulung.
Sebenarnya, Daud sudah memiliki pengikut sejak ia menjadi pelarian. (lih. 1 Sam. 22:1-2). Bahkan ketika masih berada di Ziklag, banyak orang yang tadinya pasukan Saul kemudian menyeberang, memihak Daud (ayat 1; 1Sam. 30:26-31). Mereka berasal dari suku Benyamin, suku Saul sendiri, dan juga dari suku Gad. Mereka adalah pasukan tentara profesional yang handal (ayat 1b-2, 14-15). Kemampuan para pengikut Daud ini tidak perlu diragukan lagi. Namun kesetiaan mereka masih harus dipertanyakan. Wajar bagi Daud untuk bersikap waspada bahkan curiga terhadap motivasi mereka yang dulu pernah melayani Saul. Jangan-jangan mereka adalah mata-mata Saul untuk menggerogoti Daud dari dalam.
Cara Daud menyikapi mantan pengikut Saul memperlihatkan bahwa dia adalah pemimpin yang terbuka. Ia terbuka menerima orang-orang yang mau bergabung dengan dia tanpa memandang golongan atau suku. Di sisi lain, Daud bertindak bijaksana dengan tidak begitu saja menerima dan memercayai mereka. Ia meminta komitmen mereka untuk memastikan kesetiaan mereka mendukung dirinya (ayat 17). Sikap ini justru menumbuhkan komitmen makin besar dari mereka. Bahkan mendukung terus sampai Daud naik takhta dan menjalankan pemerintahannya (ayat 18).
Memang pernah ada gereja yang kecolongan, dimasuki musuh dalam selimut. Kiranya hal itu tak membuat pemimpin gereja tidak berani membuka diri. Pemimpin gereja harus memastikan bahwa gereja terbuka kepada siapa saja tanpa membeda-bedakan golongan, suku, atau ras. Namun pemimpin gereja harus meminta hikmat dari Tuhan agar peka pada orang-orang yang bermotivasi palsu dan bertujuan jahat.
Kesatuan dan kekuatan. Kesatuan dan kekuatan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan suatu bangsa. Kesatuan memberikan kekuatan dalam arti semangat dan arah perjuangan yang terpadu. Di sini kita berbicara tentang kekuatan dalam arti moril dan spiritual. Kekuatan demikian menjadi dasar bagi kekuatan dalam arti yang lebih terukur seperti kekuatan militer dan sejenisnya. Sebaliknya, kekuatan dalam arti kedua ini juga diperlukan oleh kesatuan untuk menjaga agar kesatuan terpelihara dari rongrongan dan ancaman yang berasal baik dari dalam maupun dari luar.
Pasal sebelum ini menyaksikan bagaimana Tuhan menyertai kepemimpinan Daud. Bertahap tetapi pasti, kesatuan dan kekuatan Israel mengambil wujudnya secara jelas. Mulai dari [1] Pengakuan para tua-tua umat di Hebron (ayat 11:1-3), [2] Dukungan para suku di Ziklag (ayat 12:1-7), [3] Dukungan para suku dan pahlawan di kubu Daud (ayat 12:8-15), [4] Dukungan para suku dan pahlawan di kubu Daud (ayat 16-19), [5] Dukungan para suku kembali di Ziklag (ayat 12:19-22), [6] Sampai puncaknya dukungan para suku dengan mengurapi Daud di Hebron (ayat 12:23-40). Jelas dari sini terlihat susunan naratif yang dibuat paralel oleh penulis sedemikian rupa sehingga terlihat pasangan dalam perkembangan kepemimpinan Daud itu (ayat 1 dan 6, 2 dan 5, 3 dan 4). Perkembangannya jelas, apa yang Tuhan mulai dengan menyampaikan firman kepada para pimpinan suku akhirnya memuncak dalam pengurapan Daud menjadi raja oleh para suku.
Dalam daftar ini terlihat 3 unsur yang melengkapi semua dukungan yang sudah Daud terima. Pertama, suku Lewi. Kelak kita akan membaca bahwa mereka menduduki tempat penting sebab fungsi mereka melayani Allah di tengah umat. Kedua, daftar kekuatan militer yang bergabung di bawah kepemimpinan Daud. Ketiga, dukungan dari orang-orang berhikmat dari suku Isakhar. Dengan bagian ini lengkaplah kewibawaan Daud sebagai raja. Allah mengangkatnya, rakyat mendukungnya, para pahlawan dan cerdik pandai mendampinginya, para pemimpin suku menyatakan kesetiaannya, kekuatan tentara terbentuk, dan Allah mengurapinya.
Renungkan: Tidakkah prinsip dan model demikian bukan saja diperlukan oleh Israel yang sedang membangun ulang sesudah balik dari pembuangan, tetapi juga oleh kita, sebagai bangsa atau Gereja?
Comments
Post a Comment