1 Raja-Raja 19 (MAD2T*Pagi*09 Jan*Tahun 2)

1 Raja-raja 19

Penjelasan Singkat
Elisa mengikuti Elia

Isi Pasal
Pemeliharaan Allah atas nabi-Nya yang terlalu letih. Panggilan atas Elisa.

Judul Perikop
Elia ke gunung Horeb (19:1-8)
Allah menyatakan diri di gunung Horeb (19:9-18)
Elisa terpanggil (19:19-21)

Tafsiran: Tuhan yang kita kira kita kenal terkadang memberi kejutan yang menyentak kita. Acap kali dalam rutinitas hidup dan ibadah kita, Tuhan terasa jauh dan peduli hanya pada hal-hal yang kita labeli sebagai "rohani". Secara sadar atau tidak, kita menganggap ada hal-hal dalam kehidupan kita yang lebih penting bagi Tuhan, seperti pelayanan dan saat teduh kita, dan ada hal-hal lain yang tidak Ia pusingkan, seperti pekerjaan, bisnis, dan kehidupan sosial kita.

Elia mengira bahwa ia telah bekerja keras untuk Tuhan. Ia memandang dirinya sudah berjerih lelah dan berkorban untuk kepentingan Tuhan. Pada akhirnya, ia pun lelah. Di tengah keletihan fisik, Elia tampaknya tidak membayangkan bahwa Tuhan peduli pada kondisi fisiknya. Ia tak melihat jalan keluar dari kelelahan yang begitu besar, yang tengah menderanya sehingga hanya ada satu jalan keluar: cukup sampai di situ saja perjalanan hidupnya, lebih baik ia mati saja. Namun, Tuhan memberikan dua kejutan.

Pertama, ternyata Tuhan sungguh peduli pada Elia. Bukan cuma kerohanian dan kegiatan yang biasa kita labeli sebagai "rohani", tetapi Tuhan juga peduli bahwa Elia butuh makan dan tidur. Tuhan memberikan makanan yang cukup dan istirahat yang lelap agar Elia bisa memulihkan energi. Kita terkadang suka melabeli berbagai aktivitas kita sebagai "rohani" dan "duniawi", tetapi bagi Tuhan seluruh hidup kita terjadi di hadapan-Nya. Pembedaan itu tidak relevan di hadapan Tuhan. Dia peduli pada keseluruhan hidup kita. Kejutan kedua, walau Elia mengira pertempurannya dengan nabi-nabi baal merupakan klimaks pengalaman rohaninya bersama Tuhan, Tuhan menyatakan hal berbeda: Ia hadir bukan di tengah hingar-bingar panggung dan di bawah lampu sorot, tetapi Ia hadir di tengah keheningan. Panggung itu menguras habis energi Elia, tetapi di tengah keheningan dan kesendirian Elia Tuhan menjumpai dia, memulihkan energinya, sebelum mengutusnya kembali.

Dalam rutinitas hidup, sediakan waktu untuk menenangkan hati, berdiam diri, dan belajar mengenal Tuhan sebagaimana Dia menyatakan diri-Nya kepada kita dalam pengalaman hidup sehari-hari.

Keputusan Elisa menerima panggilan yang diutarakan oleh Elia adalah keputusan yang mengubah hidup. Maka perlu perhitungan dan totalitas komitmen. Ketika dipanggil Elia, Elisa menyadari bahwa ia akan memulai kehidupan yang baru, jauh dari rumah dan kedua orang tuanya. Karena itu, ia meminta izin untuk terlebih dulu pulang dan berpamitan pada kedua orang tuanya. Di sisi lain, ia menunjukkan totalitas komitmen dalam panggilan barunya sebagai nabi ketika ia menyembelih lembu-lembunya seraya mengorbankan mereka dengan menggunakan kayu bajaknya sebagai kayu pembakaran. Dengan demikian habislah alat-alat produksinya dan ia memutuskan hubungan dengan kehidupan masa lalunya. Pesan senada disampaikan juga oleh Tuhan Yesus dalam Lukas 14:25-35.

Mengikut Tuhan bukanlah keputusan kecil karena itu seyogianya tidak dilakukan secara gegabah dan emosional. Ada konsekuensi yang akan ditanggung oleh orang-orang yang mengikut Tuhan. Bila keputusan mengikut Tuhan diambil di tengah luapan emosi yang menggebu-gebu, ada risiko keputusan itu belum menjadi keputusan yang mantap. Padahal orang ini di tengah semangatnya yang berkobar, mengambil komitmen yang besar tanpa mengerti benar konsekuensinya. Ini bisa membahayakan kehidupan imannya. Satu contoh yang lazim dijumpai adalah semangat terlibat dalam pelayanan dengan mengasumsikan semua orang di gereja adalah orang baik-baik. Dia lupa bahwa gereja juga adalah kumpulan orang berdosa. Akibatnya, ketika terjadi gesekan dalam pelayanan dia kecewa dan menarik diri dari gereja.

Tuhan berkarya dengan bebas dalam hati setiap orang. Bagi kita yang Tuhan sudah panggil menjadi anak-Nya, baiklah kita bersikap bijak terhadap orang-orang yang kita injili dan mau menerima panggilan Tuhan. Tak perlu memburu-buru orang untuk mengambil keputusan secara gegabah dan emosional. Tuhan tidak membutuhkan manipulasi emosional untuk menyelamatkan umat-Nya. Marilah lakukan pelayanan misi kita dengan bertanggung jawab.

Comments

Popular posts from this blog

2 Tawarikh 23 (MAD2T*Pagi*19 Feb*Tahun 2)

Nehemia 12 (MAD2T*Mlm*08 Maret*Tahun 2)

2 Raja-Raja 25 (MAD2T*Pagi*23 Jan*Tahun 2)