1 Raja-Raja 18 (MAD2T*Mlm*08 Jan*Tahun 2)
1 Raja-raja 18
Penjelasan Singkat
Elia memperoleh hujan
Isi Pasal
Elia pergi menemui Ahab dan memberikan tantangan. Pertandingan dengan para nabi Baal.
Judul Perikop
Obaja, pegawai Ahab, bertemu dengan Elia (18:1-15)
Elia bertemu dengan Ahab (18:16-19)
Elia di gunung Karmel (18:20-46)
Tafsiran: Kristen yang bekerja di suatu lembaga dimana nilai-nilai 'religius' dan nilai-nilai moralnya tidak dijunjung tinggi, akan menghadapi dilema yang sulit, yaitu ikut arus atau melawan arus? Bila tidak ikut arus, maka konsekuensi pribadi secara langsung dan segera seperti kehilangan pendapatan, pekerjaan, dikucilkan, bahkan dibunuh, akan terjadi. Itulah sebabnya banyak Kristen yang akhirnya ikut arus atau menarik diri dari masyarakat. Kedua sikap ini tidak dapat dipertanggungjawabkan secara iman Kristen. Seharusnya Kristen tetap melawan arus dan tetap berusaha untuk menggarami lingkungannya.
Obaja hidup di suatu masyarakat dimana raja dan rakyatnya menyembah berhala. Tidak hanya itu, para nabi Allah dibunuh oleh Izebel, sang permaisuri. Ahab sendiri hanya mementingkan kekuatan militernya yang tampak dari tindakannya mencari rumput bagi kuda dan bagal (ayat 5). Bahkan dalam situasi kelaparan yang demikian parah, Ahab tidak merasa perlu mencari Allah. Malahan ia mencari rumput sendiri bagi kekuatan militernya. Dengan kata lain mata rohani Ahab sudah menjadi buta. Bencana alam yang begitu hebat (ayat 2) tidak menyadarkan dia. Berbeda dengan Obaja yang tetap takut akan Tuhan dalam situasi seperti ini, berarti ia tidak ikut menyembah berhala. Ia tidak hanya menyelamatkan 100 nabi dari pembunuhan namun juga menyembunyikan dan memberi mereka makan dan minum setiap hari. Itu merupakan suatu tindakan yang berbahaya. Obaja adalah seorang yang berani melawan arus dan ia pun berhasil dalam kariernya dengan menjadi kepala istana.
Orang seperti Obaja inilah yang dipakai Allah sebagai alat-Nya. Tidak hanya sebagai penyelamat 100 nabi, namun juga sebagai perantara antara Elia dan Ahab. Coba bayangkan, jika tidak ada orang seperti Obaja, bagaimana Elia dapat meminta Ahab untuk menemuinya. Seandainya Elia langsung ke istana, ia pasti dibunuh oleh Izebel. Seandainya Elia menemui orang lain yang tidak takut akan Tuhan, maka ia pun pasti dibunuh oleh orang tersebut dengan tujuan mendapatkan pujian dari Ahab dan Izebel.
Renungkan: Negara kita memerlukan "Obaja-obaja" yang mempunyai kemampuan intelektual, beriman teguh, dan berani melawan arus. Orang-orang yang demikian diperlukan agar bangsa kita mempunyai kesempatan untuk kembali kepada Allah.
"Engkaukah itu, yang mencelakakan Israel?" (1 Raja-Raja 18:17), demikianlah kata-kata yang keluar dari Ahab ketika bertemu Elia. Di mata Ahab, Elialah biang keladi dari kekeringan yang melanda Israel. Agaknya, Ahab sudah lupa bahwa Elia hanyalah seorang nabi. Nabi bertugas sebagai juru bicara Allah. Nabi yang tidak mau menyampaikan pesan Allah tentu bukan nabi sejati.
Pernyatan Elia mengenai Ahab memperlihatkan betapa strategis dan pentingnya peran seorang pemimpin (1 Raja-Raja 18:18). Pemimpin adalah kepala, dan kepala adalah pusat koordinasi tubuh. Kalau kepalanya rusak, bisa dibayangkan apa yang akan terjadi dengan tubuh. Di mata Allah, raja Israel tak sekadar pemimpin pemerintahan, tetapi juga pemimpin rohani.
Nah, di Gunung Karmel itu Elia memerankan diri sebagai pemimpin rohani umat. Dengan tegas Elia berkata kepada segenap rakyat itu, "Berapa lama lagi kamu berlaku timpang dan bercabang hati? Kalau Tuhan itu Allah, ikutilah Dia, dan kalau Baal, ikutilah dia." Semua rakyat hanya diam seribu basa. Mungkin tak enak hati dengan Ahab, bisa jadi mereka sendiri merasa bersalah terhadap Allah. Orang yang merasa bersalah biasanya memilih diam. Namun, mungkin juga, mereka tidak lagi memercayai Allah.
Di Gunung Karmel itu, Elia berusaha membuktikan bahwa Allah ada dan berkarya. Setelah para nabi Baal dan nabi Asyera gagal mendapatkan api dari Baal dan Asyera, Elia pun membasahi mezbahnya penuh dengan air. Tindakan Elia yang dramatis itu bertujuan agar rakyat memercayai keberadaan Allah, bukankah api akan selalu kalah dari air? Semua itu dilakukan Elia agar rakyat kembali percaya kepada Allah. Dan api yang dari Allah pun muncul dan membakar habis korban bakaran, kayu, bahkan air yang ada di parit. Dan rakyat pun spontan sujud dan berseru: "Tuhan, Dialah Allah! Tuhan, Dialah Allah!" (1 Raja-Raja 18:1Raj. 18:39).
Di Karmel itu, Elia telah bertindak sebagai pemimpin rohani umat. Ia mengingatkan rakyat yang sudah menyeleweng untuk kembali ke jalan yang benar. Dan sebagai pemimpin, ia memiliki karakteristik: percaya kepada Allah dan menaati perintah Allah.
Comments
Post a Comment